BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu mengalami dinamika perubahan
sosial. Dan Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang masyarakat sehingga
menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan yang terjadi melalui revolusi
mempunyai cakupan yang luas dan menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut adalah suatu
keharusan, karena tidak mungkin bertahan dalam satu kondisi yang bersifat
statis dan cenderung tetap. Karena sudah menjadi sunatullah bahwa kehidupan ini
bersifat dinamis seperti putaran roda yang suatu saat berada di bawah dan suatu
saat berada di atas.Sehingga manusia yang menyandang sebagai khalifatullah
mempunyai kewajiban untuk merubah kondisi dirinya sendiri, baik secara
individual maupun dalam perspektif sosial
.
Dan Setiap
revolus Revolusi Indonesia berakar pada ide dan konsep-konsep yang lahir pada
zaman pergerakan nasional. Tanpa itu revolusi dan proklamasi kemerdekaan hanya
akan bersifat gerakan Ratu Adil yang tradisional atau gerakan-gerakan
perampokan seperti yang meletus pada bulan Maret 1942 ketika Belanda menyerah
kepada Jepang, dan sang penjajah baru belum datang.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian revolusi itu?
2.
Seperti apakah riwayat ringkas gagasan revolusi itu?
3.
Bagaimanakah konsep revolusi modern itu?
4.
Seperti apakah revolusi sebagai bentuk perubahan
sosial itu?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian revolusi.
2.
Untuk mengetahui riwayat ringkas gagasan revolusi.
3.
Untuk mengetahui konsep revolusi modern.
4.
Untuk mengetahui revolusi sebagai bentuk perubahan
sosial.
BAB II
GAGASAN
REVOLUSI, DAN KONSEP REVOLUSI MODERN SEBAGAI BENTUK PERUBAHAN SOSIAL
A. Pengertian Revolusi
[1]Revolusi
adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi,
perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran
kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan
waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan
tahun, namun dianggap ‘cepat’ karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan
yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya
untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem
yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika,
romantika, menjebol dan membangun. Dialektika revolusi mengatakan bahwa
revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang
ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap
elemen perjuangan beserta sarananya.
Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi
dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak
bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader
revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi
nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi,
beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini
menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian
terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan
museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara
yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China,
Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian
integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan
menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar
peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi
presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh
diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di
negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis
perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Misalnya Revolusi
Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam definisi yang lebih
sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik. Suatu ironis
kebudayaan sendiri dijauhi oleh anak muda sekarang. Tidak habis piker mengapa
kaum muda sekarang lebih suka ala boyband/girlband, seksi dancer, hip hop yang
sama sekali tidak mencerminkan ciri khas budaya Indonesia yang ramah, sopan dan
berkepribadian luhur.
Sztompka memberikan gambaran bahwa revolusi merupakan puncak dari perubahan
sosial. Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang masyarakat sehingga
menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan yang terjadi melalui revolusi
mempunyai cakupan yang luas dan menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat.
Perubahan akibat revolusi bersifat radikal, fundamental dan menyentuh langsung
pada inti dan fungsi dari struktur sosial. Proses perubahan tersebut hanya
memerlukan waktu yang cepat, sesuatu yang bertolak belakang dengan konsep
evolusi pada perubahan sosial.Revolusi mempunyai dua wajah yang saling bertolak
belakang. Wajah pertama menggambarkan revolusi sebagai sebuah mitos, sedangkan
wajah kedua memberikan gambaran revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori
dalam ilmu sosiologi. Kedua wajah ini mempunyai kesaling terkaitan bahkan
dialektika diantara keduanya menjadi suatu bentuk kewajaran.
v Teori Utama Revolusi
[2]Terdapat 4
aliran utama teori revolusi. 1) teori revolusi modern oleh Sorokin (1925).
Sebagai contoh pendekatan tindakan. Mencakup 6 bidang perubahan antara lain:
transformasi reaksi terhadap ucapan, penyelewengan reaksi terhadap kepemilikan,
penyelewengan reaksi seksual, penyelewangan reaksi terhadap tugas,
penyelewengan reaksi terhadap kekuasaan dan bawahan dan reaksi terhadap agama,
moral, estetika, dan prilaku lainnya. 2) teori aliran psikologis, aliran yang
mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dasar dan beralih ke bidang orientasi
sikap dan motivasi, teori ini erat kaitannya denganpemikiran akal sehat.3)
teori structural, memusatkan perhatian pada tingkat struktur makro dengan
mengabaikan faktor psikologi. Menurut teori ini revolusi adalah hasil hambatan
dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara
rakyat dan pemerintah. Teori ini dituduh berat sebelah dan mengabaikan
psikologi individu. 4) pendekatan politik, melihat revolusi sebagai sifat
fenomena politik yang muncul dari proses yang khusus terjadi di bidang politik.
Dimana merupakan hasil dari pergeseran keseimbangan kekuatan dan perjuangan
memperebutkan hegemoni antara pesaing untuk mengendalikan negara.
Kedaulatan ganda merupakan masalah
mendasar situasi revolusioner yang muncul bila: 1) adanya penantang yang nyata
yang meningkatkan tuntutan mengontrol pemerintahan. 2) penantang tersebut
mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat baik materi maupun dukungan
politik. 3) kontrol pemerintah tak mampu melawan gerakan pemberontakan. Selain
itu, derajat pengalihan kekuasaan sebagai akibat tindakan revolusioner
tergantung kepada: 1) keluasan dan kekakuan perpecahan antara penguasa dan
oposisi. 2) cakupan koalisi penguasa dan oposisi menjelang dan selama revolusi.
3) seberapa besar kontrol oposisi terhadap alat kekuasaan negara.
Terdapat 7 tindakan penentang (oposisi)
menurut Tilly antara lain: a) oposisi dan tuntutan kekuasaannya muncul secara
bertahap. b) tuntutan kekuasaan diikuti dengan mobilisasi pendukung yang
setuju. c) oposisi berusaha menekan pemerintah untuk tidak dapat memobilisasi
kekuatan. d) oposisi beserta koalisinya berhasil mengontrol bagian kekuasaan
tertentu milik pemerintah (aparatur negara dan militer). e) oposisi berjuang
memperluas kontrol atas bagian kekuasaan pemerintahan lama. f) oposisi yang
menang dikalahkan oleh kekuatan yang berkoalisi dengan pemerintah lama. g)
terbentuknya kembali satu pemerintahan yang berdaulat penuh dalam mengontrol
seluruh rakyat.
B. Riwayat
Ringkas Gagasan Revolusi
[3]Kata revolusi muncul dalam pengertian yang umum pada abad ke-14 yang
berarti gerakan berputar yang diperkenalkan oleh Nicholas Copernicus untuk
menunjukkan gerakan berputar benda-benda langit. Namun seiring berjalannya
waktu revolusi diartikan sebagai terobosan historis yang membentuk masyarakat
baru dan sebagai bentuk dari perubahan sosial yang paling spektakuler yang
menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa , perubahan yang beresiko dan
sporadis. Revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru tanpa menyisakan
hal apapun seperti sebelumnya. Revolusi memang perubahan yang cepat, tetapi
tidak semua perubahan yang cepat disebut revolusi. Menurut Sztompka (dalam
Rakhmat, J.1999), setidaknya ada lima ciri dari revolusi yang membedakannya
dari perubahan sosial lainnya: (1) revolusi menghasilkan perubahan dengan skala
paling luas dan menyentuh seluruh dimensi kehidupan masyarakat. (2) perubahan
pada revolusi bersifat radikal, fundamental, dan mengakar pada inti
permasalahan. (3) perubahan terjadi dengan sangat cepat. (4) revolusi
menunjukkan perubahan yang paling nyata; karena itu paling dikenang. (5)
revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang besar dari seluruh
pihak.
Ada banyak contoh bangsa-bangsa besar lahir dari
puing-puing revolusi, sebagai contoh revolusi industri di Inggris (1750),
revolusi perancis (1789), revolusi komunis di rusia (1917), revolusi mexico
(1919), revolusi islam di Iran (1979), dan lain sebagainya. Revolusi yang
terjadi pada bangsa-bangsa besar tersebut menyisakan dampak yang sangat
berpengaruh pada perubahan sosial masyarakat dan pada saat yang sama ada ketakutan akan
kedahsyatan revolusi. Revolusi menjadi momok yang mengerikan, bersimbah darah,
dan penuh dengan adegan kekerasan dan di sisi lain revolusi menjadi harapan
yang membimbing kita pada status quo pada cahaya masa depan.
[4] Istilah
revolusi memasuki dua bidang yakni hubungan dialektika dengan kehidupan sosial.
Mitos dan revolusi saling mempengaruhi meski hubungan dialektika diantara
keduanya tak banyak berperan di kedua tingkat namun lebih berperan di tingkat
kesadaran sosial, antara wacana sehari-hari dan diskursus sosiologi. Istilah
revolusi muncul di abad 14 namun sifatnnya lebih umum dan berbeda dengan
pegertian modern, revolusi yang berarti gerakan melingkar (circular)
yang bermakna bahwa revolusi merupakan pergantian penguasa secara melingkar
atau penggantian seluruh elit politik menyertai kemunculan nation state. Baru
ketika memasuki abad 18 konsep revolusi dalam pengertian modern baru muncul.
Revolusi digunakan sebagai istilah untuk melukiskan terobosan jaman serupa,
penataan ulang masyarakat secara fundamental. Pada abad 19 berbarengan dengan
industrialisasi, urbanisme serta kapitalisme tentunya menjadi “era emas” bagi
revolusi dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat (politik dan teori
sosial). Ketika masuk abad 20, terjadi kelapukan modernitas dimana kemajuan
dinilai justru menimbulkan krisis sehingga orang-orang tak lagi memimpikan
revolusi bahkan justru mencemaskannya.
Ø Sejarah Munculnya Revolusi
[5]Konsep revolusi pada awalnya merujuk pada pengertian gerakan melingkar pada
benda langit. Tidak mengherankan apabila kita mengenal istilah revolusi bumi
terhadap matahari. Namun kemudian penggunaan konsep revolusi juga menyentuh
pada bidang sosial politik. Perkembangan selanjutnya memberikan gagasan tentang
pentingnya revolusi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih
“sempurna”. Marx menggunakan konsep revolusi sebagai alat untuk menumbangkan
dominasi kapitalis dan sebagai landasan untuk membangun masyarakat
komunis.Secara berangsur-angsur, mitos revolusi mengalami kemunduran. Ini
terjadi tidak lepas dari “kegagalan” revolusi itu sendiri. Revolusi dipandang
sebagai suatu proses yang tidak pernah berakhir. Tatanan kehidupan yang lebih
baik seperti yang dijanjikan tidak dapat terwujud. Sejarah telah membuktikan
bahwa sebagian besar revolusi menghasilkan bentuk ketidakadilan, ketimpangan,
eksploitasi dan penindasan yang lebih parah. Selain itu revolusi seringkali harus
diiringi dengan tindak kekerasan, peperangan dan kerusuhan yang menimbulkan
korban jiwa tidak sedikit. Revolusi dianggap sebagai sebuah bencana
dibandingkan sebagai sebuah usaha penyelamatan kehidupan manusia.
Konsep revolusi dapat dibahas
dalam dua perspektif, yaitu filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep revolusi
berdaarkan filsafat sejarah mempunyai ari sebagai bentuk terobosan radikal
terhadap kesinambungan jalannya sejarah. Perspektif sosiologi memandang
revolusi sebagai bentuk penggunaan kekuatan massa terhadap penguasa untuk
melakukan perubahan mendasar dan terus-menerus. Revolusi dapat dianggap sebagai
upaya membentuk ulang sejarah dengan menggunakan kekuatan krativitas
manusia.Kedua perspektif tersebut turut mempengaruhi pendefinisian konsep revolusi
hingga pada akhirnya mengerucut pada tiga kelompok. Revolusi dapat diartikan
sebagai lawan dari pembaruan. Perhatian utamanya adalah pada proses
transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai
sebagai lawan dari evolusi. Tekanan yang diberikan adalah pada penggunaan
kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi.
Ø Aliran-aliran teori Revolusi
[6]Terdapat empat aliran dalam teori revolusi, yaitu tindakan, psikologi,
struktural dan politik.
1.
Aliran tindakan
disampaikan oleh Sorokin yang menitikberatkan pengamatan pada peran tindakan
individu dalam revolusi. Secara garis besar terdapat dua kondisi yang mendorong
terjadinya revolusi, yaitu tekanan dari bawah dan kelemahan dari atas.
2.
Aliran psikologi
mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dan beralih pada bidang orientasi
sikap dan motivasi. Revolusi disebabakan sindrom mental yang menyakitkan yang
terbesar di kalangan rakyat, diperburuk karena menjangkiti banyak orang
sehingga memotivasi perjuangan kolektif untuk meredakannya.
3.
Teori
struktural memusatkan pada tingkat struktur makro dengan mengabaikan faktor
psikologi. Revolusi adalah hasil hambatan dan ketegangan struktural dan
terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara rakyat dengan pemerintah.
Revolusi dicari penyebabnya berdasarkan konflik antar kelas, antar kelompok.
4.
Teori Politik
melihat revolusi sebagai sifat fenomena politik yang muncul dari proses yang
khusus terjadi di bidang politik. Revolusi dilihat sebagai akibat pergeseran keseimbangan
kekuatan dan perjuangan perebutan hegemoni antar pesaing untuk mengendalikan
negara.
Revolusi dianggapnya sebagai wujud dari perubahan sosial yang paling
spektakuler, yang merupakan suatu pertanda perpecahan mendsar suatu proses
histories, pembentukkan ulang masyarakat dari dalam, dan pembentukan ulang
manusia. Revolusi tidak menyisakan apapun
seperti keadaannya sebelumnya. Revolusi menutup epos lama dan membuka epos
baru. Di saat terjadi suatu perubahan sosial besar, suatu revolusi, masyarakat
mengelami puncak agenya. Bagi Sztompka pada saat itulah terjadi meledaknya
potensi transormasi dirinya sendiri.
Secara ringkas Sztompka juga memberikan kerangka definisi tentang revolusi
yang dikerucutkan dari beberapa ahli seperti C. Johnson (1968), Gurr (1970),
Giddens (1989) yang pada akhirnya menemukan tiga komponen utama yang mendasar
dari revolusi yaitu:
- Revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan multidimensional, menyentuh inti tatanan social.
- Revolusi melibatkan massa rakyat yang besar jumlahnya yang dimobilisasi dan bertindak dalam satu gerakan revolusioner. Seperti yang terjadi di Jepang dengan restorasi Maiji, revolusi Attaturk di Turki, Reformasi Nasser di Mesir, Perestorikanya Gorbachev).
- Revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan dan penggunaan kekerasan. Walaupun ada proses revolusi di India oleh Ghandi atau gerakan sosial di Eropa Timur dan Tengah yang memaksa kematian komunisme. Seperti juga revolusi damai Solidaritas di Polandia dan revolusi Beludru di Ceko.
Ø Tujuan Revolusi
[7]Proses selanjutnya dari revolusi adalah suatu tatanan masyarakat yang
seperti dihidupkan kembali, harapannya adalah dengan revolusi terjadi suatu
perubahan yang lebih baik, dan masyarakat menemukan kesejahteraannya. Menurut
Sztompka revolusi merupakan suatu proses perubahan sosial yang paling tinggi
dan menimbulkan dampak yang luar biasa jika dibandingkan dengan proses
perubahan sosial yang lainnya, yaitu:
1.
menimbulkan
perubahan dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan dimensi
masyarakat, seperti: ekonomi, budaya, politik, organisasi social, kehidupan
sehari-hari masyarakat, dan perubahan kepribadian manusianya.
2.
perubahan yang
terjadi dan dihadilkan adalah perubahan yang menyentuh inti dari bangunan dan
fungsi social masyarakatnya.
3.
Jika proses kesejarahan
dianggap sebagai suatu proses yang relative lambat, maka proses revolusi
merupakan suatu proses perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba, seperti
ledakan bom atom.
4.
Dalam seni
pertunjukkan proses perubahan yang terjadi dalam bingkai revolusi merupakan
suatu pertunjukkan perubahan yang paling menonjol, waktunya luar biasa cepat,
dan karena itu sangat mudah diingat.
Revolusi dapat membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual
pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan,
kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan, perasaan hebat dan perkasa,
keriangan dan aktivisme dan menggapai kembali makna kehidupan, melambungkan
aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan. Revolusi terjadi secara tidak
merata di sepanjang sejarah. Kebanyakan terjadi dalam periode modern. Revolusi
Besar seperti di Inggris pada tahun 1640, revolusi perancis pada tahun 1789
yang melahirkan epos modern, revolusi komunis di Rusia pada tahun 1917 dan di
Cina pada tahun 1949, dan revolusi yang anti komunis di Eropa Timur, dan Tengah
pada tahun 1989 revolusi ini mengakhiri periode komunis.
Ø Cakupan Revolusi
[8]Sztompka (2005) menjelaskan revolusi sosial kedalam lima hal yaitu; (1)
menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan
dimensi masyarakat, (2) dalam semua bidang tersebut perubahannya radikal,
fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial, (3) perubahan yang
terjadi sangat cepat, tiba-tiba, (4) membangkitkan emosional khusus dan reaksi
intelektual pelakunya dan
mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegirangan, kegembiraan,
optimisme, dan harapan.Berbagai konsep revolusi yang telah disampaikan didepan
mempunyai sebuah gagasan yang sama yaitu sebagai bentuk perubahan sosial yang
dahsyat dan bersifat fundamental dalam merubah tatanan masyarakat dalam waktu
yang relatif cepat. Terdapat faktor pencetus yang menyebabkan revolusi dapat
berjalan dalam suatu masyarakat. Berbagai teori menyampaikan pendapatnya
tentang faktor penyebab ini, namun kesemuanya dapat disimpulkan sebagai sebuah
hasil dari ketidakadilan dalam masyarakat. Kondisi ketidakadilan atau
penyimpangan inilah yang melahirkan semangat revolusi.Akibat dari revolusi
secara garis besar dapat dilihat dari tumbangnya penguasa lama dan digantikannya
oleh tatanan penguasa baru. Selain merubah tatanan kepemimpinan, revolusi mampu
merubah segala aspek kehidupan masyarakat.
Ø Dampak Revolusi
Revolusi
memberikan penawaran perubahan sosial yang menimbulkan dampak pada segala aspek
kehidupan sosial. Sebagai contoh, revolusi industri di Inggris. Revolusi
Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Dampak yang terjadi memacu
timbulnya revolusi sosial, munculnya gerakan sosialis, bergolaknya imperialisme
modern dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya perubahan tersebut berdampak
pada perubahan yang terjadi dalam skala dunia yaitu pergolakkan penjajahan atas negara miskin dan
berkembang semakin berkobar. Penindasan di mana-mana, perusakan dan eksplorasi
sumber daya semakin tak beraturan. Pelecehan terhadap kaum lemah dan wanita
semakin meningkat, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadikan teori
revolusi dipandang sebagai suatu konsep perubahan yang gagal karena revolusi
bukan alternatif yang tepat melainkan memacu timbulnya masalah dan konflik baru
bagi kehidupan secara global.
Pada abad ke-20, teori revolusi mulai tumbang
dikarenakan begitu banyak efek dan dampak yang ditimbulkan, tidak hanya
berdampak pada masa pasca revolusi tapi untuk waktu yang berkepanjangan. Adapun
dampaknya adalah sebagai berikut : (1) revolusi tidak menjanjikan kemajuan
tetapi krisis, (2) revolusi tidak menegakkan keadilan dan kemakmuran tetapi
justru melahirkan ketidakadilan, penindasan, kesengsraan yang berkepanjangan,
(3) revolusi menghilangkan seorang tiran dan menggantikannya dengan ribuan
tiran. Hal ini telah menunjukkan bahwa revolusi bukan perubahan yang menawarkan
pemecahan masalah yang tuntas dan kompleks, namun perubahan yang menghasilkan
maslah baru dan memiliki efek yang luas dan berkepanjangan.
C.
Konsep Revolusi Modern
[9]Konsep
revolusi berasal dari dua tradisi intelektual yakni filsafat sejarah dan
sosiologi. Konsep filsafat sejarah menjelaskan revolusi sebagai suatu terobosan
radikal terhadap keberlangsungan jalannya sejarahnya. Konsep sosiologi lebih
mengacu pada penggunaan massa atau ancaman paksaan dan kekerasan terhadap
penguasa untuk melaksanakan perubahan mendasar dalam masyarakat. pencerminannya
dapat terlihat dari definisi revolusi saat ini yang digolongkan dalam 3
kelompok. Yang pertama definisi menekankan pada transformasi fundamental
masyarakat. golongan kedua mencakup definisi yang menekankan pelibatan
masyarakat dalam jumlah besar dan temobilisasi dalam satu gerakan revolusioner.
Kelompok ketiga menekankan pada perlunya penggunaan kekerasan. Sebagai pelengkap
definisi revolusi modern terdapat konsep lain definisi revolusi yakni Coup
d”etat yang berarti revolusi istana yang berarti pergantian secarah tidak
sah penguasa, pemerintah atau personil institusi politik tanpa modifikasi
rezim, organisasi ekonomi dan sistem budaya.
Jalannya revolusi terkenal dalam hasil analisis para ahli yang tebagi
menjadi 10 tahap namun analisis tersebut menunjukkan beberapa aspek penting
fenomena revolusi. Namun setiap hal layak dikatakan sebagai teori harus
mencakup tiga hal yakni: 1) harus mengesankan citra umum atau model konseptual
dari fenomena. 2) harus memilih faktor atau variabel tertentu sebagai penentu,
penyebab, atau mekanisme utama revolusi. 3) harus memiliki seperangkat
hipotesis yang bisa diuji dalam hal kesaling ketergantungan antar variabelnya
khususnya mengenai asal usul, jalannya, hasil atau akibat dari revolusi.
Konsep
‘revolusi’ adalah yang paling sentral di dalam seluruh analisa sejarah
perbandingan. Pengertian apa pun yang diberikan oleh kaum politisi, para sejarawan
harus mempertahankannya sebagai suatu alat analisa yang obyektif, yang sangat
tidak tergantung pada apa pun yang disetujui atau tidak disetujui tentangnya.
Revolusi adalah restrukturasi fundamental dari suatu sistem politik dengan
kekerasan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Meskipun sangat banyak ragam
revolusi yang dikenal dunia, pola tertentu dapat dilihat hampir dalam semuanya,
bermula dengan tindakan membangkang, menghancurkan rezim lama, dan berakhir
dengan memaksakan suatu jenis rezim baru yang relatif stabil-biasanya sesuatu
yang sangat berbeda dari yang dapat dilihat oleh para revolusioner pada tahap
pertama”.
Segi
kebenaran yang terkandung di dalam keterangan Reid adalah bahwa Indonesia,
bertolak dari proklamasi kemerdekaan 1945, memang belum pernah mengalami
revolusi. Beda dengan bentuk perjuangan di Vietnam dan di Tiongkok yang saat
berlakunya hampir bersamaan dengan Indonesia. Namun di Vietnam sesudah
berhasilnya perang kemerdekaan dan di Tiongkok sesudah berhasilnya perang pembebasan,
ada revolusi demokratis yang membongkar akar feodalisme. Walaupun karakter
burjuis dari dua revolusi itu masih ada, Partai Pekerja Vietnam dan Partai
Komunis Tiongkok memegang tampuk pimpinan. Bentuk perjuangan yang demikian
tidak dialami di Indonesia.
D. Revolusi
Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
[10]Revolusi
merupakan wujud perubahan sosial paling spektakuler yang mencakup perpecahan
mendasar dalam proses historis, pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan
juga pembentukan ulang manusia. Dalam artian disini revolusi dikatakan sebagai
tanda kesejahtraan sosial karena pada saat revolusi dianggap manusia telah
mengalami proses lahir kembali. Beberapa hal yang membedakan revolusi dengan
perubahan sosial yang lainnya yakni antara lain: a) cakupan perubahannya luas
menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat (ekonomi, politik, sosial,
budaya, pribadi individu dan lain-lain). b) perubahannya bersifat radikal dan
fundamental menyentuh inti dan fungsi sosial. c) perubahannya terjadi secara
cepat dan spontanitas dalam lambatnya proses historis. d) karena perubahannya
sangat cepat da tiba-tiba maka revolusi mudah diingat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Revolusi merupakan
sebagai terobosan historis yang membentuk masyarakat baru dan sebagai bentuk
dari perubahan sosial yang paling spektakuler yang menyentuh seluruh aspek
kehidupan berbangsa , perubahan yang beresiko dan sporadis. Revolusi menutup
satu zaman dan membuka zaman baru tanpa menyisakan hal apapun seperti
sebelumnya. Revolusi memang perubahan yang cepat, tetapi tidak semua perubahan
yang cepat disebut revolusi.
Begitu
pentingnya makna revolusi bagi eksistensi masyarakat bangsa dan negara
Indonesia, maka jangan sampai revolusi itu dipergunakan oleh berbagai pihak
untuk mencari legitimasi atas kedudukan dan perannya di masa kini dan di masa
depan, misalnya dengan mengklaim bahwa pihaknyalah yang paling berperan atau
paling menentukan keberhasilan revolusi tersebut.
Revolusi dapat membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual
pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan,
kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan, perasaan hebat dan perkasa,
keriangan dan aktivisme dan menggapai kembali makna kehidupan, melambungkan
aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan.
B. Saran
Makalah ini
dibuat agar masyarakat terutama pelajar bisa memanfaatkan pembelajaran tentang
perubahan sosial budaya, untuk itu kami mengharap kritik dan saran guna menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Salim, Agus.
2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.
Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.
http://saadillahp.wordpress.com/2014/05/07/revolusi-kebudayaan/
[1] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html
[4] http://muslimkad.blogspot.com/2012/12/makalah-dm-ii-dauroh-marhalah-rekayasa.html
[5]
http://saadillahp.wordpress.com/2014/05/07/revolusi-kebudayaan/
[6] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html
[9]
Salim, Agus. 2002. Perubahan
Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta :
PT. Tiara Wacana Yogya.
[10]
Salim, Agus. 2002. Perubahan
Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta :
PT. Tiara Wacana Yogya.
0 komentar:
Posting Komentar