Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 20 Februari 2015

GAGASAN REVOLUSI, DAN KONSEP REVOLUSI MODERN SEBAGAI BENTUK PERUBAHAN SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu mengalami dinamika perubahan sosial. Dan Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan yang terjadi melalui revolusi mempunyai cakupan yang luas dan menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut adalah suatu keharusan, karena tidak mungkin bertahan dalam satu kondisi yang bersifat statis dan cenderung tetap. Karena sudah menjadi sunatullah bahwa kehidupan ini bersifat dinamis seperti putaran roda yang suatu saat berada di bawah dan suatu saat berada di atas.Sehingga manusia yang menyandang sebagai khalifatullah mempunyai kewajiban untuk merubah kondisi dirinya sendiri, baik secara individual maupun dalam perspektif sosial
.
Dan Setiap revolus Revolusi Indonesia berakar pada ide dan konsep-konsep yang lahir pada zaman pergerakan nasional. Tanpa itu revolusi dan proklamasi kemerdekaan hanya akan bersifat gerakan Ratu Adil yang tradisional atau gerakan-gerakan perampokan seperti yang meletus pada bulan Maret 1942 ketika Belanda menyerah kepada Jepang, dan sang penjajah baru belum datang.
B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian revolusi itu?
2.      Seperti apakah riwayat ringkas gagasan revolusi itu?
3.      Bagaimanakah konsep revolusi modern itu?
4.      Seperti apakah revolusi sebagai bentuk perubahan sosial itu?
C.     Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian revolusi.
2.      Untuk mengetahui riwayat ringkas gagasan revolusi.
3.      Untuk mengetahui konsep revolusi modern.
4.      Untuk mengetahui revolusi sebagai bentuk perubahan sosial.
BAB II
GAGASAN REVOLUSI, DAN KONSEP REVOLUSI MODERN SEBAGAI BENTUK PERUBAHAN SOSIAL

A.  Pengertian  Revolusi
[1]Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap ‘cepat’ karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun. Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya.
 Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
 Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik. Suatu ironis kebudayaan sendiri dijauhi oleh anak muda sekarang. Tidak habis piker mengapa kaum muda sekarang lebih suka ala boyband/girlband, seksi dancer, hip hop yang sama sekali tidak mencerminkan ciri khas budaya Indonesia yang ramah, sopan dan berkepribadian luhur.
Sztompka memberikan gambaran bahwa revolusi merupakan puncak dari perubahan sosial. Revolusi merupakan sebuah proses pembentukan ulang masyarakat sehingga menyerupai proses kelahiran kembali. Perubahan yang terjadi melalui revolusi mempunyai cakupan yang luas dan menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat. Perubahan akibat revolusi bersifat radikal, fundamental dan menyentuh langsung pada inti dan fungsi dari struktur sosial. Proses perubahan tersebut hanya memerlukan waktu yang cepat, sesuatu yang bertolak belakang dengan konsep evolusi pada perubahan sosial.Revolusi mempunyai dua wajah yang saling bertolak belakang. Wajah pertama menggambarkan revolusi sebagai sebuah mitos, sedangkan wajah kedua memberikan gambaran revolusi sebagai sebuah konsep dan bahkan teori dalam ilmu sosiologi. Kedua wajah ini mempunyai kesaling terkaitan bahkan dialektika diantara keduanya menjadi suatu bentuk kewajaran.

v Teori Utama Revolusi
[2]Terdapat 4 aliran utama teori revolusi. 1) teori revolusi modern oleh Sorokin (1925). Sebagai contoh pendekatan tindakan. Mencakup 6 bidang perubahan antara lain: transformasi reaksi terhadap ucapan, penyelewengan reaksi terhadap kepemilikan, penyelewengan reaksi seksual, penyelewangan reaksi terhadap tugas, penyelewengan reaksi terhadap kekuasaan dan bawahan dan reaksi terhadap agama, moral, estetika, dan prilaku lainnya. 2) teori aliran psikologis, aliran yang mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dasar dan beralih ke bidang orientasi sikap dan motivasi, teori ini erat kaitannya denganpemikiran akal sehat.3) teori structural, memusatkan perhatian pada tingkat struktur makro dengan mengabaikan faktor psikologi. Menurut teori ini revolusi adalah hasil hambatan dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara rakyat dan pemerintah. Teori ini dituduh berat sebelah dan mengabaikan psikologi individu. 4) pendekatan politik, melihat revolusi sebagai sifat fenomena politik yang muncul dari proses yang khusus terjadi di bidang politik. Dimana merupakan hasil dari pergeseran keseimbangan kekuatan dan perjuangan memperebutkan hegemoni antara pesaing untuk mengendalikan negara.
 Kedaulatan ganda merupakan masalah mendasar situasi revolusioner yang muncul bila: 1) adanya penantang yang nyata yang meningkatkan tuntutan mengontrol pemerintahan. 2) penantang tersebut mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat baik materi maupun dukungan politik. 3) kontrol pemerintah tak mampu melawan gerakan pemberontakan. Selain itu, derajat pengalihan kekuasaan sebagai akibat tindakan revolusioner tergantung kepada: 1) keluasan dan kekakuan perpecahan antara penguasa dan oposisi. 2) cakupan koalisi penguasa dan oposisi menjelang dan selama revolusi. 3) seberapa besar kontrol oposisi terhadap alat kekuasaan negara.
 Terdapat 7 tindakan penentang (oposisi) menurut Tilly antara lain: a) oposisi dan tuntutan kekuasaannya muncul secara bertahap. b) tuntutan kekuasaan diikuti dengan mobilisasi pendukung yang setuju. c) oposisi berusaha menekan pemerintah untuk tidak dapat memobilisasi kekuatan. d) oposisi beserta koalisinya berhasil mengontrol bagian kekuasaan tertentu milik pemerintah (aparatur negara dan militer). e) oposisi berjuang memperluas kontrol atas bagian kekuasaan pemerintahan lama. f) oposisi yang menang dikalahkan oleh kekuatan yang berkoalisi dengan pemerintah lama. g) terbentuknya kembali satu pemerintahan yang berdaulat penuh dalam mengontrol seluruh rakyat.

B.  Riwayat Ringkas Gagasan Revolusi
[3]Kata revolusi muncul dalam pengertian yang umum pada abad ke-14 yang berarti gerakan berputar yang diperkenalkan oleh Nicholas Copernicus untuk menunjukkan gerakan berputar benda-benda langit. Namun seiring berjalannya waktu revolusi diartikan sebagai terobosan historis yang membentuk masyarakat baru dan sebagai bentuk dari perubahan sosial yang paling spektakuler yang menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa , perubahan yang beresiko dan sporadis. Revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru tanpa menyisakan hal apapun seperti sebelumnya. Revolusi memang perubahan yang cepat, tetapi tidak semua perubahan yang cepat disebut revolusi. Menurut Sztompka (dalam Rakhmat, J.1999), setidaknya ada lima ciri dari revolusi yang membedakannya dari perubahan sosial lainnya: (1) revolusi menghasilkan perubahan dengan skala paling luas dan menyentuh seluruh dimensi kehidupan masyarakat. (2) perubahan pada revolusi bersifat radikal, fundamental, dan mengakar pada inti permasalahan. (3) perubahan terjadi dengan sangat cepat. (4) revolusi menunjukkan perubahan yang paling nyata; karena itu paling dikenang. (5) revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang besar dari seluruh pihak.
Ada banyak contoh bangsa-bangsa besar lahir dari puing-puing revolusi, sebagai contoh revolusi industri di Inggris (1750), revolusi perancis (1789), revolusi komunis di rusia (1917), revolusi mexico (1919), revolusi islam di Iran (1979), dan lain sebagainya. Revolusi yang terjadi pada bangsa-bangsa besar tersebut menyisakan dampak yang sangat berpengaruh pada perubahan sosial masyarakat dan  pada saat yang sama ada ketakutan akan kedahsyatan revolusi. Revolusi menjadi momok yang mengerikan, bersimbah darah, dan penuh dengan adegan kekerasan dan di sisi lain revolusi menjadi harapan yang membimbing kita pada status quo pada cahaya masa depan.
[4] Istilah revolusi memasuki dua bidang yakni hubungan dialektika dengan kehidupan sosial. Mitos dan revolusi saling mempengaruhi meski  hubungan dialektika diantara keduanya tak banyak berperan di kedua tingkat namun lebih berperan di tingkat kesadaran sosial, antara wacana sehari-hari dan diskursus sosiologi. Istilah revolusi muncul di abad 14 namun sifatnnya lebih umum dan berbeda dengan pegertian modern, revolusi yang berarti gerakan melingkar (circular) yang bermakna bahwa revolusi merupakan pergantian penguasa secara melingkar atau penggantian seluruh elit politik menyertai kemunculan nation state. Baru ketika memasuki abad 18 konsep revolusi dalam pengertian modern baru muncul. Revolusi digunakan sebagai istilah untuk melukiskan terobosan jaman serupa, penataan ulang masyarakat secara fundamental. Pada abad 19 berbarengan dengan industrialisasi, urbanisme serta kapitalisme tentunya menjadi “era emas” bagi revolusi dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat (politik dan teori sosial). Ketika masuk abad 20, terjadi kelapukan modernitas dimana kemajuan dinilai justru menimbulkan krisis sehingga orang-orang tak lagi memimpikan revolusi bahkan justru mencemaskannya.

Ø Sejarah Munculnya Revolusi
[5]Konsep revolusi pada awalnya merujuk pada pengertian gerakan melingkar pada benda langit. Tidak mengherankan apabila kita mengenal istilah revolusi bumi terhadap matahari. Namun kemudian penggunaan konsep revolusi juga menyentuh pada bidang sosial politik. Perkembangan selanjutnya memberikan gagasan tentang pentingnya revolusi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih “sempurna”. Marx menggunakan konsep revolusi sebagai alat untuk menumbangkan dominasi kapitalis dan sebagai landasan untuk membangun masyarakat komunis.Secara berangsur-angsur, mitos revolusi mengalami kemunduran. Ini terjadi tidak lepas dari “kegagalan” revolusi itu sendiri. Revolusi dipandang sebagai suatu proses yang tidak pernah berakhir. Tatanan kehidupan yang lebih baik seperti yang dijanjikan tidak dapat terwujud. Sejarah telah membuktikan bahwa sebagian besar revolusi menghasilkan bentuk ketidakadilan, ketimpangan, eksploitasi dan penindasan yang lebih parah. Selain itu revolusi seringkali harus diiringi dengan tindak kekerasan, peperangan dan kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa tidak sedikit. Revolusi dianggap sebagai sebuah bencana dibandingkan sebagai sebuah usaha penyelamatan kehidupan manusia.
Konsep revolusi dapat dibahas dalam dua perspektif, yaitu filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep revolusi berdaarkan filsafat sejarah mempunyai ari sebagai bentuk terobosan radikal terhadap kesinambungan jalannya sejarah. Perspektif sosiologi memandang revolusi sebagai bentuk penggunaan kekuatan massa terhadap penguasa untuk melakukan perubahan mendasar dan terus-menerus. Revolusi dapat dianggap sebagai upaya membentuk ulang sejarah dengan menggunakan kekuatan krativitas manusia.Kedua perspektif tersebut turut mempengaruhi pendefinisian konsep revolusi hingga pada akhirnya mengerucut pada tiga kelompok. Revolusi dapat diartikan sebagai lawan dari pembaruan. Perhatian utamanya adalah pada proses transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai sebagai lawan dari evolusi. Tekanan yang diberikan adalah pada penggunaan kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi.


Ø Aliran-aliran teori Revolusi
         [6]Terdapat empat aliran dalam teori revolusi, yaitu tindakan, psikologi, struktural dan politik.
1.    Aliran tindakan disampaikan oleh Sorokin yang menitikberatkan pengamatan pada peran tindakan individu dalam revolusi. Secara garis besar terdapat dua kondisi yang mendorong terjadinya revolusi, yaitu tekanan dari bawah dan kelemahan dari atas.
2.    Aliran psikologi mengabaikan tindakan reflek atau naluriah dan beralih pada bidang orientasi sikap dan motivasi. Revolusi disebabakan sindrom mental yang menyakitkan yang terbesar di kalangan rakyat, diperburuk karena menjangkiti banyak orang sehingga memotivasi perjuangan kolektif untuk meredakannya.
3.    Teori struktural memusatkan pada tingkat struktur makro dengan mengabaikan faktor psikologi. Revolusi adalah hasil hambatan dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus tertentu antara rakyat dengan pemerintah. Revolusi dicari penyebabnya berdasarkan konflik antar kelas, antar kelompok.
4.    Teori Politik melihat revolusi sebagai sifat fenomena politik yang muncul dari proses yang khusus terjadi di bidang politik. Revolusi dilihat sebagai akibat pergeseran keseimbangan kekuatan dan perjuangan perebutan hegemoni antar pesaing untuk mengendalikan negara.
Revolusi dianggapnya sebagai wujud dari perubahan sosial yang paling spektakuler, yang merupakan suatu pertanda perpecahan mendsar suatu proses histories, pembentukkan ulang masyarakat dari dalam, dan pembentukan ulang manusia. Revolusi tidak menyisakan apapun seperti keadaannya sebelumnya. Revolusi menutup epos lama dan membuka epos baru. Di saat terjadi suatu perubahan sosial besar, suatu revolusi, masyarakat mengelami puncak agenya. Bagi Sztompka pada saat itulah terjadi meledaknya potensi transormasi dirinya sendiri.
Secara ringkas Sztompka juga memberikan kerangka definisi tentang revolusi yang dikerucutkan dari beberapa ahli seperti C. Johnson (1968), Gurr (1970), Giddens (1989) yang pada akhirnya menemukan tiga komponen utama yang mendasar dari revolusi yaitu:
  1. Revolusi mengacu pada perubahan fundamental, menyeluruh dan multidimensional, menyentuh inti tatanan social.
  2. Revolusi melibatkan massa rakyat yang besar jumlahnya yang dimobilisasi dan bertindak dalam satu gerakan revolusioner. Seperti yang terjadi di Jepang dengan restorasi Maiji, revolusi Attaturk di Turki, Reformasi Nasser di Mesir, Perestorikanya Gorbachev).
  3. Revolusi memerlukan keterlibatan kekerasan dan penggunaan kekerasan. Walaupun ada proses revolusi di India oleh Ghandi atau gerakan sosial di Eropa Timur dan Tengah yang memaksa kematian komunisme. Seperti juga revolusi damai Solidaritas di Polandia dan revolusi Beludru di Ceko.
Ø  Tujuan Revolusi
[7]Proses selanjutnya dari revolusi adalah suatu tatanan masyarakat yang seperti dihidupkan kembali, harapannya adalah dengan revolusi terjadi suatu perubahan yang lebih baik, dan masyarakat menemukan kesejahteraannya. Menurut Sztompka revolusi merupakan suatu proses perubahan sosial yang paling tinggi dan menimbulkan dampak yang luar biasa jika dibandingkan dengan proses perubahan sosial yang lainnya, yaitu:
1.      menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat, seperti: ekonomi, budaya, politik, organisasi social, kehidupan sehari-hari masyarakat, dan perubahan kepribadian manusianya.
2.      perubahan yang terjadi dan dihadilkan adalah perubahan yang menyentuh inti dari bangunan dan fungsi social masyarakatnya.
3.      Jika proses kesejarahan dianggap sebagai suatu proses yang relative lambat, maka proses revolusi merupakan suatu proses perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba, seperti ledakan bom atom.
4.      Dalam seni pertunjukkan proses perubahan yang terjadi dalam bingkai revolusi merupakan suatu pertunjukkan perubahan yang paling menonjol, waktunya luar biasa cepat, dan karena itu sangat mudah diingat.
Revolusi dapat membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan, perasaan hebat dan perkasa, keriangan dan aktivisme dan menggapai kembali makna kehidupan, melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan. Revolusi terjadi secara tidak merata di sepanjang sejarah. Kebanyakan terjadi dalam periode modern. Revolusi Besar seperti di Inggris pada tahun 1640, revolusi perancis pada tahun 1789 yang melahirkan epos modern, revolusi komunis di Rusia pada tahun 1917 dan di Cina pada tahun 1949, dan revolusi yang anti komunis di Eropa Timur, dan Tengah pada tahun 1989 revolusi ini mengakhiri periode komunis.
Ø  Cakupan Revolusi
[8]Sztompka (2005) menjelaskan revolusi sosial kedalam lima hal yaitu; (1) menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas, menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat, (2) dalam semua bidang tersebut perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial, (3) perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba, (4) membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegirangan, kegembiraan, optimisme, dan harapan.Berbagai konsep revolusi yang telah disampaikan didepan mempunyai sebuah gagasan yang sama yaitu sebagai bentuk perubahan sosial yang dahsyat dan bersifat fundamental dalam merubah tatanan masyarakat dalam waktu yang relatif cepat. Terdapat faktor pencetus yang menyebabkan revolusi dapat berjalan dalam suatu masyarakat. Berbagai teori menyampaikan pendapatnya tentang faktor penyebab ini, namun kesemuanya dapat disimpulkan sebagai sebuah hasil dari ketidakadilan dalam masyarakat. Kondisi ketidakadilan atau penyimpangan inilah yang melahirkan semangat revolusi.Akibat dari revolusi secara garis besar dapat dilihat dari tumbangnya penguasa lama dan digantikannya oleh tatanan penguasa baru. Selain merubah tatanan kepemimpinan, revolusi mampu merubah segala aspek kehidupan masyarakat.

Ø Dampak Revolusi
                          Revolusi memberikan penawaran perubahan sosial yang menimbulkan dampak pada segala aspek kehidupan sosial. Sebagai contoh, revolusi industri di Inggris. Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Dampak yang terjadi memacu timbulnya revolusi sosial, munculnya gerakan sosialis, bergolaknya imperialisme modern dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya perubahan tersebut berdampak pada perubahan yang terjadi dalam skala dunia yaitu  pergolakkan penjajahan atas negara miskin dan berkembang semakin berkobar. Penindasan di mana-mana, perusakan dan eksplorasi sumber daya semakin tak beraturan. Pelecehan terhadap kaum lemah dan wanita semakin meningkat, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadikan teori revolusi dipandang sebagai suatu konsep perubahan yang gagal karena revolusi bukan alternatif yang tepat melainkan memacu timbulnya masalah dan konflik baru bagi kehidupan secara global.
Pada abad ke-20, teori revolusi mulai tumbang dikarenakan begitu banyak efek dan dampak yang ditimbulkan, tidak hanya berdampak pada masa pasca revolusi tapi untuk waktu yang berkepanjangan. Adapun dampaknya adalah sebagai berikut : (1) revolusi tidak menjanjikan kemajuan tetapi krisis, (2) revolusi tidak menegakkan keadilan dan kemakmuran tetapi justru melahirkan ketidakadilan, penindasan, kesengsraan yang berkepanjangan, (3) revolusi menghilangkan seorang tiran dan menggantikannya dengan ribuan tiran. Hal ini telah menunjukkan bahwa revolusi bukan perubahan yang menawarkan pemecahan masalah yang tuntas dan kompleks, namun perubahan yang menghasilkan maslah baru dan memiliki efek yang luas dan berkepanjangan.
                             
C.    Konsep Revolusi Modern
[9]Konsep revolusi berasal dari dua tradisi intelektual yakni filsafat sejarah dan sosiologi. Konsep filsafat sejarah menjelaskan revolusi sebagai suatu terobosan radikal terhadap keberlangsungan jalannya sejarahnya. Konsep sosiologi lebih mengacu pada penggunaan massa atau ancaman paksaan dan kekerasan terhadap penguasa untuk melaksanakan perubahan mendasar dalam masyarakat. pencerminannya dapat terlihat dari definisi revolusi saat ini yang digolongkan dalam 3 kelompok. Yang pertama definisi menekankan pada transformasi fundamental masyarakat. golongan kedua mencakup definisi yang menekankan pelibatan masyarakat dalam jumlah besar dan temobilisasi dalam satu gerakan revolusioner. Kelompok ketiga menekankan pada perlunya penggunaan kekerasan. Sebagai pelengkap definisi revolusi modern terdapat konsep lain definisi revolusi yakni Coup d”etat yang berarti revolusi istana yang berarti pergantian secarah tidak sah penguasa, pemerintah atau personil institusi politik tanpa modifikasi rezim, organisasi ekonomi dan sistem budaya.
Jalannya revolusi terkenal dalam hasil analisis para ahli yang tebagi menjadi 10 tahap namun analisis tersebut menunjukkan beberapa aspek penting fenomena revolusi. Namun setiap hal layak dikatakan sebagai teori harus mencakup tiga hal yakni: 1) harus mengesankan citra umum atau model konseptual dari fenomena. 2) harus memilih faktor atau variabel tertentu sebagai penentu, penyebab, atau mekanisme utama revolusi. 3) harus memiliki seperangkat hipotesis yang bisa diuji dalam hal kesaling ketergantungan antar variabelnya khususnya mengenai asal usul, jalannya, hasil atau akibat dari revolusi.
Konsep ‘revolusi’ adalah yang paling sentral di dalam seluruh analisa sejarah perbandingan. Pengertian apa pun yang diberikan oleh kaum politisi, para sejarawan harus mempertahankannya sebagai suatu alat analisa yang obyektif, yang sangat tidak tergantung pada apa pun yang disetujui atau tidak disetujui tentangnya. Revolusi adalah restrukturasi fundamental dari suatu sistem politik dengan kekerasan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Meskipun sangat banyak ragam revolusi yang dikenal dunia, pola tertentu dapat dilihat hampir dalam semuanya, bermula dengan tindakan membangkang, menghancurkan rezim lama, dan berakhir dengan memaksakan suatu jenis rezim baru yang relatif stabil-biasanya sesuatu yang sangat berbeda dari yang dapat dilihat oleh para revolusioner pada tahap pertama”.
Segi kebenaran yang terkandung di dalam keterangan Reid adalah bahwa Indonesia, bertolak dari proklamasi kemerdekaan 1945, memang belum pernah mengalami revolusi. Beda dengan bentuk perjuangan di Vietnam dan di Tiongkok yang saat berlakunya hampir bersamaan dengan Indonesia. Namun di Vietnam sesudah berhasilnya perang kemerdekaan dan di Tiongkok sesudah berhasilnya perang pembebasan, ada revolusi demokratis yang membongkar akar feodalisme. Walaupun karakter burjuis dari dua revolusi itu masih ada, Partai Pekerja Vietnam dan Partai Komunis Tiongkok memegang tampuk pimpinan. Bentuk perjuangan yang demikian tidak dialami di Indonesia.

D.  Revolusi Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
   [10]Revolusi merupakan wujud perubahan sosial paling spektakuler yang mencakup perpecahan mendasar dalam proses historis, pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan juga pembentukan ulang manusia. Dalam artian disini revolusi dikatakan sebagai tanda kesejahtraan sosial karena pada saat revolusi dianggap manusia telah mengalami proses lahir kembali. Beberapa hal yang membedakan revolusi dengan perubahan sosial yang lainnya yakni antara lain: a) cakupan perubahannya luas menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat (ekonomi, politik, sosial, budaya, pribadi individu dan lain-lain). b) perubahannya bersifat radikal dan fundamental menyentuh inti dan fungsi sosial. c) perubahannya terjadi secara cepat dan spontanitas dalam lambatnya proses historis. d) karena perubahannya sangat cepat da tiba-tiba maka revolusi mudah diingat.













BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Revolusi merupakan sebagai terobosan historis yang membentuk masyarakat baru dan sebagai bentuk dari perubahan sosial yang paling spektakuler yang menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa , perubahan yang beresiko dan sporadis. Revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru tanpa menyisakan hal apapun seperti sebelumnya. Revolusi memang perubahan yang cepat, tetapi tidak semua perubahan yang cepat disebut revolusi.
Begitu pentingnya makna revolusi bagi eksistensi masyarakat bangsa dan negara Indonesia, maka jangan sampai revolusi itu dipergunakan oleh berbagai pihak untuk mencari legitimasi atas kedudukan dan perannya di masa kini dan di masa depan, misalnya dengan mengklaim bahwa pihaknyalah yang paling berperan atau paling menentukan keberhasilan revolusi tersebut.
Revolusi dapat membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan, perasaan hebat dan perkasa, keriangan dan aktivisme dan menggapai kembali makna kehidupan, melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan.
B.  Saran
Makalah ini dibuat agar masyarakat terutama pelajar bisa memanfaatkan pembelajaran tentang perubahan sosial budaya, untuk itu kami mengharap kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.
http://saadillahp.wordpress.com/2014/05/07/revolusi-kebudayaan/


[1] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html

[2] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html


[4] http://muslimkad.blogspot.com/2012/12/makalah-dm-ii-dauroh-marhalah-rekayasa.html

[5] http://saadillahp.wordpress.com/2014/05/07/revolusi-kebudayaan/

[6] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html

[7] http://irpan91.blogspot.com/2012/05/teori-revolusi.html


[8] http://saadillahp.wordpress.com/2014/05/07/revolusi-kebudayaan/


[9] Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

[10] Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.


0 komentar:

Posting Komentar