Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 11 November 2014

PENELITAN TINDAKAN KELAS (PTK)



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Penelitian

Sudah tidak asing lagi ketika kita bertanya “bagaimana pandangan anda terhadap pembelajaran sejarah”, tidak sedikit dari para siswa yang menjawab  Pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang membosankan”. Terdapat pula tanggapan bahwa pembelajaran sejarah cenderung hanya ingatan, dan hafalan,  guru selalu mengidolakan metode ceramah sebab bercerita lebih tepat untuk kajian masa lalu. Guru-guru sejarah kesulitan menentukan formula (teknik, metode, dan pendekatan) yang sesuai untuk materi tertentu. Pembelajaran sejarah, dimanapun secara umum hanya bersumber pada buku paket untuk dibaca atau LKS untuk dikerjakan secara naratif  tanpa diberikan bukti konkrit visual berupa gambar, foto, dan peta.
Dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi misalnya, diketahui  minat siswa dalam belajar sejarah justru sangat rendah dan lebih banyak membuat siswa menjadi bosan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama KBM, banyak siswa yang bercerita sendiri dengan temanya dan ada siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain sewaktu gurunya menerangkan dan siswa juga jarang untuk diajak berdialog tentang bagaimana sebuah sejarah dalam periode tertentu muncul.  Seacara garis besar Hambatan-hambatan tersebut diantaranya yaitu; doktrin patent pembelajaran sejarah sejak kita di bangku SD sampai dengan SMA tidak terlepas dari 4 W + 1 H ( why, when, where, who dan how), materi masa lampau yang sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan penting manusia di dunia, metode pembelajaran cenderung didominasi oleh ceramah, ketidakseimbangan jumlah jam tatap muka dengan materi yang ada, kurikulum yang selalu berubah-ubah, dan siswa kurang berminat membaca cerita sejarah.
Untuk itu, pembelajaran sejarah yang hendak mewujudkan pada inti dan tujuanya maka perlu di buat menarik. Dalam menerapkan model pembelajaran seharusnya melihat dari karakter siswa yang diajar dan tidak cukup apabila hanya satu metode pembelajaran yang di pakai,  metode pembelajaran bisa di ganti sesuai materi yang akan di ajarkan, hal ini agar siswa yang di ajar tidak bosan dengan model pembelajaran yang di terapkan oleh guru.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya dua hal sekaligus yaitu metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran juga untuk membangkitkan motivasi siswa. Dalam metode pembelajaran kooperatif ini penulis menggunakan model  Student Teams Achievement Division (STAD),  Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD ) ini dikembangkan oler Robert Slavin dan teman – temannya di Universitas John Hopkin. Ketika terjadi interaksi antar siswa maka disana akan timbul yang namanya motivasi. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. guru yang berminat tinggi dan  antusias akan menghasilkan siswa-siswa yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian siswa yang antusias akan mendorong motivasi siswa-siswa lainnya.
Berdasarkan latar belakang sebagaiman yang telah diuraikan, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN JATIWANGI

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam PTK ini sebagai berikut :
1.      Bagaimana motivasi siswa selama pembelajaran Sejarah dilakukan dengan menggunakan model kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) ?
2.      Bagaiman hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah setelah menggunakan model kooperatif  kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) ?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum, dan tujuan khusus, masing-masing tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Tujuan umum
Tujuan umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah di MAN Jatiwangi
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari PenelitianTindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi dan mencapai kategori tinggi meliputi ; hubungan kerja sama, partisipasi, gairah, dan semangat belajar.

D.    Ruang Lingkup
Ruang lingkup Penelitian Tindakan Kelas ini mencakup peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi melalui model pembelajaran kooperatif kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD), sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pelajaran Sejarah.

E.     Hasil yang Diharapkan
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa, dan bagi peneliti lain. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Manfaat Langsung Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah.
2.      Manfaat Bagi Guru
Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan, menambah wawasan dan pengalaman serta memperkaya alternatif pilihan strategi dan model pembelajaran sehingga guru Sejarah dapat memilih atau mengkombinasikan dengan model lain untuk kepentingan peningkatan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3.      Manfaat Bagi Siswa
Siswa dapat meperoleh pembelajaran Sejarah yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan juga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang memuaskan.
4.      Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi untuk melakukan PTK lebih lanjut pada setting kelas, lokasi, waktu dan subyek yang berbeda, sehingga model kooperatif jigsaw ini dapat dibuktikan secara empiris.




























BAB II
KAJIAN TEORITIS


A.    Deskripsi Variabel yang Akan Dipecahkan

1.  Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah “sholastic achievement” atau “academic achievement” adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah dan dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes belajar. Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut di kemukakan defenisi hasil belajar menurut para ahli [1]
a.    Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
b.    Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar.
c.    Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
d.   Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
e.    Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
f.     Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
g.    Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

2.      faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut, [2]
a.    Faktor internal anak, meliputi:
1)        Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.
2)        Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.
b.      Faktor eksternal anak, meliputi:
1)        Faktor lingkungan social, seperti para guru, sifat para guru, staf adminitrasi dan teman-teman sekelas.
2)        Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.
3)        Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005: 19) menyebutkan 7 hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu:
a.         Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.
b.        Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak.
c.         Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak.
d.        Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar.
e.         Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.
f.         Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan
g.        Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.

3.      Definisi Motivasi

            Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang pada hakekatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna “daya dorong”, “keinginan”, dan “kemauan”. Motif yang telah aktif disebut “motivasi”. Menurut Thursan (2005 : 26 )  Untuk memahami pengertian motivasi, ada baiknya apabila melihat contoh-contoh peristiwa berikut :
a)        Seorang anak kecil menyusuri jalan-jalan untuk menjajakan koran. Walaupun merasa panas dibakar terik matahari dan juga merasa lelah, ia tetap saja berjalan untuk menjajakan koran.
b)      Seorang siswa atau mahasiswa belajar dengan tekun sampai larut malam. Ketekunan dalam belajar membuat siswa atau mahasiswa tersebut tidak mempedulikan rasa lelah dan rasa kantuknya.
Pekerjaan yang dilakukan oleh anak kecil dan siswa atau mahasiswa tersebut tentu saja mempunyai suatu alasan atau motif tertentu. Alasan atau motif itulah yang mendorong mereka melakukan pekerjaan sebagaimana telah diuraikan. Pekerjaan tersebut tentu saja mempunyai tujuan tertentu.
        Dari uraian di atas kita dapat mendefinisikan motivasi sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang malakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa atau mahasiswa sangat ditentukan oleh adanya motif, dan kuat lemahnya motivasi belajar itulah yang ditimbulkan oleh motif tersebut.
        Menurut Amir Daim Indrakusuma (dikutip oleh Sri Habsari, 2005 : 74) menyatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang dikehendaki dengan asas dan tujuan yang hendak dimaksudkan.
            Menurut Wahgo Sumijo Indrakusuma (dikutip oleh Sri Habsari, 2005 : 74) menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang utuk berprestasi dalam mencapai tujuan.
               Menurut uno (2007) (dikutip oleh Nursalam : 14) menyatakan motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya (1) hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, (2) dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) lingkungan yang baik, serta, (kegiatan yang menarik)

4.    Teori-teori Motivasi

            Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Teori-teori motivasi itu antara lain:[3]
a.       Teori Motivasi Kebutuhan (menurut Abraham Maslow)
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki Teori Kebutuhan Milik  Abraham Maslow.  Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu : fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri). Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.  Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. Prinsip pikiran Abraham Maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang disusun secara hierarki dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Abraham maslow menekankan prilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu yang bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan
b.      Teori Motivasi Herzberg
             Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
c.       Teori Achievement Mc. Clelland
Menurut  Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
1)        Need for achievement, kebutuhan akan prestasi dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
2)        Need for afiliation,  keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir)
3)        Need for Power, kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya (dorongan untuk mengatur).
d.      Teori X dan Y Douglass Mc. Gregor
Douglas Mc. Gregor menemukan teori X dan Teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X, yaitu sebagai berikut :
1)        Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
2)        Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3)        Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
4)        Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y, sebagai berikut :
1)        Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
2)        Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
3)        Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. 
4)        Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
e.       Teori Motivasi Clayton Alderfer
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak  atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 
f.       Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :

1)        Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2)        Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
3)        Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

5.    Timbulnya Motivasi

      Menurut Oemar Hamalik (2008 : 158) menyatakan bahwa ada tiga unsur yang dapat menimbulkannya motivasi, yaitu sebagai berikut :
a)        Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga yang tidak diketahui.
b)        Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seseorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.
c)        Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes.
       Menurut Elliot (2000) (dikutip oleh nursalam : 14) motivasi timbul dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) dan lingkungan (ekstrinsik). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut, mencontohkannya dengan nilai, hadiah, atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.

6.           Teori Motivasi

         Menurut maslaw (1970) (dikutip oleh mulyasa, 2008 : 175)Teori motivasi kebutuhan (Abraham A. Maslow).
a.         Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan pemenuhan unsur biologis. Kebutuhan ini berupa kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual, dan sebagaiya. Kebutuhan ini adalah kebutuhan paling mendasar
b.        Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman dan bahaya ingkungan.
c.         Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok berafiliasi, berinteraksi, mencintai , dan dicintai.
d.        Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai.
e.         Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan (skill) dan potensi, serta berpendapat dengan mengemukakan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
                Seseorang yang telah mencapai tingkat kebutuhan tinggi misalnya kebutuhan untuk berprestasi, tiba-tiba dapat kehilangan sama sekali motifnya untuk melakukan sesuatu apabila kebutuhan untuk diakui kelompoknya tidak terpenuhi. Penurunan ini tidak terjadi dalam satu tingkat saja tetapi dapat beberapa tingkat sekaligus. Contoh lain misalnya, seorang peserta didik yang giat belajar dan tinggi motivasinya untuk berprestasi tiba-tiba menjadi sama sekali tidak bersemangat karena putus cinta (kebutuhan untuk dicintai tidak terpenuhi).

7.           Prinsip-Prinsip Motivasi

         Kenneth H. Hover (dikutip oleh Oemar Hamalik, 2008 : 163) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut :
a)         Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan.
b)        Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Siswa-siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
c)         Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang di peroleh oleh individu itu sesuai engan ukuran yang ada dalam diri siswa sendiri.
d)        Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan. Apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e)         Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. guru yang berminat tinggi dan  antusias akan menghasilkan siswa-siswa yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian siswa yang antusias akan mendorong motivasi siswa-siswa lainnya.
f)         Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongannya.
g)        Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri makan akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
h)        Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
i)          Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan seperti halnya bermain dengan alat pemainan yang berlainan.
j)          Manfaat minat yang telah dimiliki siswa adalah bersifat ekonomis. Minat khusus yang telah dimiliki siswa, minatnya bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
k)        Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat siswa-siswa yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat kemampuan dikalangan siswa. Karena itu guru hendak membangkitkan minat siswa-siswanya agar menyesuaikan usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.
l)          Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perilakubelajar siswa, sebab akan mengakibatkan indahnya perhatiannya kepada hal lain, sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
m)      Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuanyang lebih hebat.
n)        Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustrasi secara cepat menuju ke demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan siswa-siswa melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung di dalam dirinya.
o)        Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi yang berlainan. Ada murid yang karena kegagalannya justru menimbulkan incentive tetapi ada siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan, misalnya tergantung pada stabilitas emosinya masing-masing.
p)        Tekanan kelompok siswa (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa, para siswa sedang mencari kebebasan dari orang dewasa, ia menempatkan hubungan per grupnya lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh per grupnya dan demikian sebaliknya. Karena itu kalau guru hendak membimbing siswa-siswa belajar maka arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru murid tersebut akan belajar dengan baik.
q)        Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi siswa-siswa dapat ditunjukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa apabila diberi semacam penghalang seperti adanya ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah,dan  lain-lain maka kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
       Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka membangkitkan dan memlihara motivasi siswa dalam belajar.

8.    Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas sebagaimana dikemukakan Brown (1981) sebagai berikut [4] ;  Tertarik kepada guru, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitasnya diakui  oleh orang lain, tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.
Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan  dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukan minta yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah.

B.     Deskripsi Variabel Tindakan
1.    Pembelajaran Kooperatif

Beberapa Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut para Ahli:[5]
a.    Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin : Model pembelajaran kooperatif adalah model yang mengajaka siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok.
b.    Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Damon dan Phelps : Model pembelajaran  kooperatif merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran yang menerapkan interaksi kelompok teman sebaya.
c.    Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Eggen and Kauchak: Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
d.   Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sunal dan Hans: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
e.    Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Stahl: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
f.     Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Kauchak dan Eggen dalam Azizah: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
g.    Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Djajadisastra: Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.

2.         Unsur model pembelajaran kooperatif

       Roger dan David (dikutip oleh Anita Lie : 13) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur yaitu :
a.         Saling ketergantungan positif
       Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b.         Tanggung jawab Perseorangan
       Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas yang sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
       Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan brdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi disini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
c.         Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga mengehendaki agar para pembelajar dibeekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam berkelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Sebagai contoh, ungkapan "pendapat anda itu agak berbeda dan unik, tolong jelaskan lagi alasan anda”. Contah lain, tanggapan “hm... menarik sekali kamu bisa memberi jawaban seperti itu, tetapi jawabanku agak berbeda...." akan lebih menghargai orang lain daripada memvonis seprti “jawabanmu itu salah, harusnya begini.” Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses yang panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.


d.        Evaluasi proses kelompok
       Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif lagi. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran

3.    Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif
       Menurut Ibrahim (2000 : 6) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.      Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah .
c.       Apabila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis dan jenis kelamin berbeda.
d.      Pembelajaran lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

4.    Tujuan metode pembelajaran kooperatif
       Menurut Depdiknas (2005:15) pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu:
a. Hasil belajar akademik
        Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Pengakuan adanya keragaman
        Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial
        Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

5.    Definisi Model Pembelajaran Kooperatif STAD
            Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,  jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.



6.    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif STAD
       Menurut Nurasman (2006 : 5) menyatakan bahwa kegiatan bembelajaran Kooperatif tipe STAD terdiri dari enam tahap:
a.         Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
            Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada. : a). Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang : b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan / sifat (pendiam dan aktif), dll.
b.         Penyajian Materi Pelajaran.
1)        Pendahuluan. Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya 
2)        Pengembangan. Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
3)        Praktek terkendali. Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
c.    Kegiatan kelompok.
        Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
d.   Evaluasi.
Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

e.    Penghargaan
            Dari hasil penilaian perkembangan maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam ketingkatan penghargaan atau persyaratan pemberian penghargaan misalnya bagi kelompok yang mendapat rata-rata nilai dibawah ( 79-60 ) mendapatkan penghargaan  “Great Team” sedangkan bagi kelompok yang mendapatkan rata-rata nilai (55-30) mendapatkan penghargaan ”Super Team ”.
f.     Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok.
            Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

7.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Davidson (dalam Nurasma, 2006:26 ) : (a). Meningkatkan kecakapan individu (b). Meningkatkan kecakapan kelompok (c),Meningkatkan komitmen, percaya diri (d). Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami perbedaan (e). Tidak bersifat kompetitif (f). Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina hubungan yang hangat (g). Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dikutip oleh Nurasman :2006 ) yaitu :
a)         Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu.
b)        Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat bekerja secara efektif dalam kelompok.
c)         Pemborosan waktu.

C.    Kerangka Berfikir

           Materi pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas merupakan konsep-konsep yang masih bersifat abstrak atau masih dalam tataran ide atau gagasan. Untuk itu, guru sejarah dituntut untuk menjabarkan konsep tersebut menjadi sesuatu yang lebih nyata atau konkrit, hal ini mutlak dilakukan oleh guru agar materi pelajaran sejarah yang diterima tidak bersifat verbalisme semata tetapi siswa betul-betul memahami materi yang diajarkan guru. Faktor lain yang berpengaruh pada minat belajar siswa baik dari segi nilai perilaku adalah strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama ini guru belum melaksanakan pembelajaran sejarah secara sederhana yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran sejarah. Maka untuk menghindarkan kebosanan pada siswa dan guru dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD.
           Dengan ini diharapkan siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran tersebut kemudian keinginan untuk mempelajari pelajaran itu akan semakin tinggi sehingga minat siswa juga akan lebih meningkat. Karena model ini membuat siswa ikut ambil bagian dalam pembelajaran, siswa diberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikaN. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Hal itulah yang mendorong timbulnya motivasi belajar pada siswa. Tidak hanya itu dalam proses pembelajaran diiringi pula dengan media-media pembelajaran salah satunya media berbasis visual dan audio-visual. Media berbasis visual dapat menumbuhkan minat siswa, adapun bentuk-bentuk visual antara lain : gambar representasi; diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi; peta yang berhubungan unsur-unsur dalam isi materi; grafik seperti tabel, dan chart (bagan). Sedangkan bentuk media berbasis audio-visual seperti video yang masih berkaitan dengan materi ajar  (Ahmad Fauzi, 2014 : 23)

D.    Hipotesis Tindakan
         Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa sebagai berikut :
H0      : Tidak ada pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif jigsawdengan motivasi dan hasil belajar siswa.
Ha       : Terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan motivasi dan hasil belajar siswa.



BAB III
METODE PENELITIAN


A.       Lokasi Penelitian
            Tempat pelaksanaan penelitian ditetapkan di kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi sesuai dengan jadwal pelajaran, dan sesuai kesepakatan tim peneliti dan Kepala MAN Jatiwangi.

B.    Subjek Penelitian
            Penelitian ini diset untuk kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi, yang diselenggarakan pada semester genap tahun akademik 2014 / 2015. Oleh karena itu subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi

C.       Prosedur Penelitian
            Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini didesain untuk 3 (tiga) siklus, dimana kegiatan setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut :
1.  Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-persiapan yang terdiri dari :
a.    Mengadakan pertemuan, guru pelaksana tindakan dan guru pengamat berdiskusi tentang persiapan penelitian.
b.    Menyusun rencana pelaksanaan pembrlajaran (RPP)
c.    Menyiapkan tape recorder , dan alat tulis untuk observasi dan wawancara,
d.   Menetapkan materi bahan ajar, bacaan untuk dibagikan kepada kelompok.
e.    Menyiapkan media-media yang dapat mendukung ketika pelaksanaan salah satunya dengan media visual dan audio-visual yang berkaitan dengan materi ajar.
2.         Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru sebagai pelaksana tindakan melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rencana pelajaran yang telah disusun. Dimana skenario kerja tindakan meliputi :
a.    Membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll)
b.    Guru menyajikan pelajaran baik dengan media dalam bentuk visual ataupun audio-visual.
c.    Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompoknya. Anggotanya lalu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d.   Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e.    Memberi evaluasi
f.     Kesimpulan dan penutup
3.         Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini, dilakukan observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, dan wawancara dengan siswa. Observasi dilakukan oleh guru pengamat. Wawancara direkam dengan tipe recorder dan dicatat dalam catatan lapangan.
4.     Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini, dimulai dengan menggunakan tes formatif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian tes pada setiap akhir siklus. Variabel yang diukur melalui kegiatan ini meliputi :
a.         Respon siswa kelas XI IPS 2 MAN Jatiwangi sebagai tampilan untuk kerja yang menggambarkan apakah siswa XI IRS 2 MAN Jatiwangi telah mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegitan pembelajaran.
b.        Hasil belajar siswa  XI IPS 2 Jatiwangi setelah mengikuti kegiatan utuh satu siklus.
5.         Refleksi
   Pada tahap ini data yang diperoleh  dari hasil evaluasi  kemudian dianalisi digunkan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut. Hasil refleksi tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya diuraikan pada table berikut  ini:































table : prosedur, alat pelaku, sumber informasi, dan cara analisinya.

No
Prosedur
Alat
Pelaku
Sumber informasi
Cara analisis
1
Menganalisis partisipasi siswa
Angket dan catatan lapangan
Guru pelaksanaan tindakan
siswa
Analisis kualitatif untuk hasil angket dan wawancara
2
Menganalisis aktivitas guru
Lembar observasi, tape recorder, dan catatan lapangan
Guru pengamat
Guru pelaksanaan tindakan
Analisis kuantitatif dan kualitatif
3
Menganalisis aktivitas dan respon siswa
Lembar observasi, angket respon siswa, tape recorder dan catatan lapangan
Guru pengamat
siswa
Analisis kualitatif
4
Menganalisis Hasil belajar siswa
tes
Guru pelaksanaan tindakan
siswa
Analisis kuantitatif dan kualitatif




DAFTAR PUSTAKA


Hakim  Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Pustaka Pembangungan Swadaya Nusantara.
Habsari Sri. 2005. Bimbingan & Kons SMA Kls XII. Jakarta : Grasindo
Nursalam. Pendidikan Dalam Keperawatan. Penerbit Salemba.
Abimanyu dan La Sulo. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Chatib M. 2010.Quantum Teahing Learning di Ruang Kelas. Bandung : Kaifa.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Suryanti. 2008. Model-model Pembelajaran Inofativ. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
                Depdiknas. 2005. Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Fauzi Ahmad. 2014. Manajemen Media Pembelajaran. Cirebon :Eduvision Publishing.
Himitsuqalbu. 2014. Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli. (online),  (http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/)
Dinul islam. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil. (online), (http://dinulislami.blogspot.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html)
Syukurbaru. 2013. Teori-teori Motivasi Menurut Para Ahli. (online), (http://syukurbarru.blogspot.com/2013/03/teori-teori-motivasi-menurut-para-ahli.html)
Hamalik Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Muzzam.2012. motivasi belajar pengertian ciri-ciri dan upaya. (online), (http://muzzam.wordpress.com/2012/05/18/motivasi-belajar-pengertian-ciri-ciri-dan-upaya/html)
http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-model-pembelajaran.html


[1] Himitsuqalbu. 2014. Definisi Hasil Belajar Menurut Para Ahli. (online),  (http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/)
[2] Dinul islam. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil. (online), (http://dinulislami.blogspot.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html)
[3] Syukurbaru. 2013. Teori-teori Motivasi Menurut Para Ahli. (online), (http://syukurbarru.blogspot.com/2013/03/teori-teori-motivasi-menurut-para-ahli.html)
[4]Muzzam.2012. motivasi belajar pengertian ciri-ciri dan upaya. (online), (http://muzzam.wordpress.com/2012/05/18/motivasi-belajar-pengertian-ciri-ciri-dan-upaya/html)
[5]http://www.pengertianahli.com/2013/08/pengertian-model-pembelajaran.html

0 komentar:

Posting Komentar