Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 05 Mei 2014

POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL BUDAYA DI DESA KRIYAN BARAT, RW.17, KOTA CIREBON




BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Banyak ahli mengatakan bahwa pengasuhan anak adalah hal yang terpenting menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik dan untuk menjadikan dirinya dapat diterima di masyarakat.
Secara kasat mata pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan. Namun pada intinya bukan hanya kepada pendidikan umum saja tetapi mencukupi kebutuhan makan, melindunginya, memotivasi setiap keberhasilan dan mengajarkan tingkah laku yang baik yang dapat memungkinkan dirinya diterima oleh masyarakat. Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anak nya itulah yang disebut sebagai pola pengasuhan.
Setiap orang tua pasti memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda, dari lapisan masyarakat teratas hingga lapisan masyarakat menengah dan ke bawah.
Di samping itu pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh anak pun berbeda-beda, bahkan terkadang kemauan orang tuanya harus dilakukan dan dipatuhi oleh sang anak. hal tersebut akan dipandang baik apabila kemauan orang tuanya mendidik, mengasuh dan mengarahkan anaknya kepada jalan yang baik, namun di sini lah yang menjadi inti permasalahannya bagaimana apabila orang tua salah dalam menagasuh dan mendidik anak-anak nya. Apabila kita melihat jauh kehidupan para pengemis, di sana kita akan menemukan betapa malangnya anak-anak kecil yang dipaksa, diajak dan diajarkan untuk mengemis oleh orang tuanya. Yang seharusnya anak-anak itu dididik secara baik dan tepat oleh orang tuanya. Atas dasar latar belakang tersebut penulis mencoba menyusun makalah ini dengan judul “POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL BUDAYA”

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah.
1.      Bagaimana umumnya pola asuh keluarga di Desa Kriyan Barat, Rw. 17 ?
2.      Faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh keluarga ?
3.      Bagaimana hubungan pola asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak?

C.    Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam makalah ini adalah.

Masalah
Sub Masalah
Responden
1.   Pola asuh keluarga pada umunya.
·      Pendidikan orang tua
·      Lingkungan orang tua
·      Budaya orang tua
Bapak Rw. 17 Desa Kriyan Barat, bapak aming sugandi
2.   Faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga
·      Hereditas
·      Lingkungan
Keluarga Bapak Zaenal Muttakin
3.   Hubungan pola asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak.
·      Hubungan pola asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak











BAB II
TEORI TENTANG POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL BUDAYA


A.    Pengertian  Pola Asuh

Pola asuh adalah tata sikap atau perilaku yang digunakan orang tua untuk mendidik atau merawat anaknya. Pengertian pola asuh menurut para ahli sebagai berikut,
1.      Menurut Hurlock, pola asuh orang tua adalah interaksi aturan, norma, tata nilai yang berlaku pada masyarakat dalam mendidik dan merawat anak-anaknya.
2.      Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya merupakan parental control. Hal senada juga dikemukakan oleh Kohn yang menyatakan bahwa pola asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anaknya, meliputi; pemberian aturan, hadiah, hukuman dan pemberian perhatian, serta tanggapan terhadap perilaku anak.
3.      Menurut Haditono, peranan dan bantuan orangtua kepada anak akan dapat tercermin dalam pola asuh yang diberikan kepada anaknya.

B.     Macam-Macam Pola Asuh pada Anak

Ada empat macam pola asuh pada anak diantaranya adalah,
1.      Pola asuh otoriter
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh otoriter yaitu Orang tua cenderung menetapkan aturan-aturan yang mutlak harus dituruti biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman atau hukuman, cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. orang tua tidak mengenal kompromi, dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah, orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tidak berubah maka orang tua seringkali tidak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya, dan tidak adanya kesempatan bagi anak mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatif lainnya.

2.      Pola asuh permisif
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh permisif yaitu Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. Orang tua permisif menggunakan kontrol yang rendah disertai kehangatan yang tinggi. Orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten dan jarang menghukum anak karena kebanyakan perilaku anak bisa diterima oleh orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimingan yang diberikan oleh mereka.

3.      Pola asuh demokratis
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh demokratis yaitu memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua tipe ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Tidak hanya itu orang tua dengan tipe ini memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan sesuatu. Orang tua memberikan penjelasan mengenai tuntutan dan disiplin yang ditetapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten, tetapi tetap menggunakan wewenangnya atau memberikan hukuman jika dianggap perlu. Orang tua bersikap peka terhadap kebutuhan anak. Intiya pola asuh demokratis lebih menggabungkan antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap, dan tindakan antara orang tua dan anak. Baik orang tua maupun anak punya kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan, ide, atau pendapat. Hasilnya anak menjadi mandiri, matang dan menghargai diri sendiri dengan baik.
4.      Pola asuh situasional
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh situasional yaitu campuran dari ke-3 macam pola asuh diatas. Dimana kadang-kadang orang tua bersikap otoriter, tapi kadang juga bersifat permisif, namun kadang juga berupaya menerapkan demokrasi di rumah dengan cara mendengarkan ide atau gagasan sang anak dalam membuat keputusan.

C.    Fungsi Keluarga dalam Mendidik Anak Usia Dini
Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan, terdiri atas ayah, ibu dan anak. keluarga tersebut sering disebut dengan keluarga inti atau keluarga batih (nuclear family). Dalam masyarakat dikenal keluarga dalam arti lebih luas yaitu keluarga sedarah (consanguine family) dan keluarga luas (extended family).
            Fungsi keluarga dalam mendidik anak usia dini diantaranya adalah
1.      Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan media utama dalam penanaman nilai dan norma pada anak dalam masyarakat. Sebelum anak terjun ke dalam masyarakat anak mempersiapkan diri lewat keluarga. Keluarga sangat berperan penting dalam membentuk sikap, nilai, dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
2.      Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga salah satunya adalah fungsi reproduksi. Keluarga dibentuk untuk menghasilkan keturunan yang dapat melanjutkan budaya dan tradisi juga identitas keluarga tersebut.
3.      Fungsi afeksi
Fungsi afeksi merupakan fungsi adanya kasih sayang. Keluarga pun akan tetap menjadi sarana utama bagi anggotanya untuk mendapatkan kasih sayang. Fungsi afeksi ini sangat berpengaruh dan turut membentuk kepribadian sang anak. Apabila keluarga tidak dapat memberikan kasih sayang maka yang terjadi sang anak akan sangat mudah terperosok ke dalam pergaulan bebas.
4.      Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga sebagai fungsi ekonomi adalah bahwa keluarga berperan pula untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi anggotanya dalam mempertahankan hidup.
5.      Fungsi pengawasan sosial
Bahwa keluarga khususnya orang tua memiliki kewajiban untuk menjadi pengawas bagi anggota keluarga yang lain guna menjaga nama baik keluarga.
6.      Fungsi pemberian status
Setiap anggota keluarga akan memiliki status masing-masing. Hal ini akan dialami sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu dari muda-remaja-dewasa.

Selain fungsi-fungsi yang da di atas, Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah adalah.
1.       Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2.       Menjamin kehidupan emosional anak
3.       Menanamkan dasar pendidikan moral anak
4.       Memberikan dasar pendidikan sosial
5.       Meletakan dasar-dasar pendidikan agama
6.       Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
7.       Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
8.       Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
9.       Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai   tujuan akhir manusia.


D.    Karakter Orang tua Berdasarkan Macam-macam Pola Asuh
1.    Helikopter
Orang tua ini brsikap overprotective pada anak. mereka ingin masuk dalam semua bagian kehidupan si anak, termasuk urusan pribadi dan akademik. Orang tua berfikir bahwa sang anak tidak akan bisa apa-apa tanpa campur tangan orang tua, segala yang mengatur adalah orang tua dari kanak-kanak, remaja bahkan hingga dewasa.
Sayangnya banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa perbuatan mereka itu membuat sang anak terlalu dan selalu ketergantungan kepada orang tua, sang anak terkesan manja dan tidak mandiri terhadap masalah yang dihadapinya. Namun apabila sang anak telah melawati masa kanak-kanaknya sedangkan orang tua masih bersikap overprotective maka hal tersebut akan membuat sang anak merasa malu bahkan bisa terjadi depresi, karena orang tuanya terlalu ikut campur dalam hidupnya.

2.    Harimau
Mendengar kata harimau, terkesan terdapat bayangan liar dan kasar. Tetapi Amy Chua, Profesor dari Harvard University, mengungkapkan ketika merujuk pada kalimat “Tiger Mom”, ini berarti orang tua yang mengasuh anaknya dengan disiplin yang tinggi, aturan-aturan yang ketat.

3.    Dinosaurus
Dinosaurus merupakan hewan yang hidup berada di zaman purba. Tipe orang tua seperti ini melambangkan pola pengasuhan yang ketinggalan zaman alias kolot. Menghadapi orang tua seperti ini sangat sulit bagi anak-anak karena tidak bisa diajak bernegosiasi. Orang tua “dinosaurus” sangat sulit mengikuti perkembangan zaman, dan juga kurang akrab dengan teknologi.

4.    srigala
Tipe orang tua ini sulit percaya pada anak. Mereka bukanlah orang yang mudah untuk ditipu, dan bukan orang yang mudah menerima alasan ketika tahu anaknya berbohong. Ketika anak berjanji akan pulang sebelum pukul 22.00, dan setelah lewat jam malam si anak belum juga pulang, orang tua akan menelepon dan menuntut anaknya untuk segera pulang. Ketika si anak beralasan tentang jam pulangnya yang ngaret, orang tuanya tidak akan percaya begitu saja, dan cenderung untuk tidak peduli apapun alasan anaknya.

5.    anjing
mendengar kata Anjing, menginatkan kita kepada sifatnya yang gemar menyalak, menggong-gong. Sama seperti sifat anjing yang gemar menyalak, orang tua dengan tipe ini sangat suka mengomentari segala hal di sekitarnya. Ia membuat komentar menyebalkan tentang selebriti remaja, mengomentari penampilan temannya sendiri, atau bahkan guru anak di sekolah. Ini memang tidak berbahaya, tapi cukup memalukan bagi anak.

6.    vampir
vampir adalah sejenis makhluk penghisap darah, namun tipe orang tua vampir ini suka mengekang anaknya. Mereka "mengisap" kesenangan anak dan teman-temannya untuk beraktivitas di luar rumah. Sebenarnya tak salah jika orang tua ingin makan, liburan, atau sekadar nonton TV bersama di rumah. Tetapi bukan berarti tidak memberi kesempatan anak bersenang-senang dengan orang lain.

7.    Cyborg
Orangtua cyborg selalu menggunakan alat-alat elektronik seperti ponsel, tablet, laptop, di pinggang atau di telinganya. Mereka kadang lebih sibuk dengan peralatan elektroniknya ketimbang mengurus anak-anaknya. Kebalikan dengan tipe dinosaurus, orang tua cyborg justru sangat mengandalkan perangkat elektroniknya untuk mengasuh anak. Misalnya, agar tidak mengganggu pekerjaan mereka, si kecil diberi gadget untuk bermain.


8.    Bulan
Orang tua seperti ini mempunyai pola asuh yang normal. Mereka sangat mencintai, mendukung, dan ramah pada anak-anaknya. Hanya saja mereka tidak tahu apa-apa tentang perkembangan dunia saat ini, terutama dunia hiburan dan teknologi. Padahal, remaja saat ini pasti berharap orang tuanya juga mengetahui hal ini. Sayang, kenyataannya tidak begitu.

9.    Volcano
Pendiam adalah kata yang cocok untuk menggambarkan sosok orang tua yang seperti ini. Selama bertahun-tahun mereka diam dan membebaskan anak untuk melakukan apa yang diinginkan. Namun, suatu saat ketika anak melakukan kesalahan yang sama dan sulit dimaafkan, maka kemarahannya akan meledak. Ini berbeda dengan orang tua serigala, karena orang tua volcano hanya meledak sekali seumur hidup jika si anak sudah keterlaluan, dan bukan setiap hari.

10.     mary poppins
Dalam segala hal, Mary Poppins adalah sosok orang tua yang sempurna. Dia menyenangkan, membantu mengatasi masalah, dan tidak mudah marah. Sekilas sangat sempurna sebagai orang tua. Namun buruknya, ternyata ia suka memata-matai. Orangtua bertipe ini seperti punya kepribadian ganda. Di depan si anak, mereka akan bersikap sangat manis, namun di belakang anak mereka memata-matai setiap gerak-gerik anak, dan mencari tahu latar belakang teman anaknya sedetail mungkin.

11.     Zombie
Seperti zombie, orang tua tipe ini lebih sering berkomunikasi melalui bahasa tubuh, gerakan tangan, atau dengusan. Terkesan acuh tak acuh, tapi tidak bisa dilawan.


BAB III
PEMBAHASAN


A.    Umumnya pola asuh keluarga di Desa Kriyan Barat, Rw. 17

Setelah di adakan analisis atas hasil wawancara dari seorang ketua Rw. 17 Desa Kriyan Barat, bapak Aming Suganda, untuk permasalahan sosial ini maka pola asuh yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat sekitar adalah jenis pola asuh situasional, alasannya karena para orang tua terkadang menggunakan pola asuh otoriter kepada sang anak, bahkan terakadang menggunakan pola asuh permisif dan terkadang pula menggunakan pola asuh demokrasi.
Orang tua terkadang bersikap otoriter tergambar adanya pemaksaan dari orang tua kepada sang anak untuk turut pula mencari uang untuk kehidupannya dan membantu keluarganya. Namun terkadang orang tua bersikap begitu permisif hal ini tergambar pada sikap orang tua yang memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya, mereka juga kurang begitu memperhatikan, menegur atau memperingatkan ketika sang anak melanggar nilai-nilai dan norma, mereka juga memanjakan anaknya dari uang hasil bekerjanya seperti anak laki-lakinya yang masih tergolong usia remaja membeli minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, orang tua tidak begitu mempedulikan apa yang sang anak lakukan, yang orang tua pikirkan apabila hal tersebut nyaman dan sang anak merasa senang kenapa harus dilarang, dan orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten dan jarang menghukum sang anak karena kebanyakan perilaku sang anak dapat diterima oleh orang tua. Tidak hanya itu terkadang orang tua pun menerapakan pola asuh demokrasi, hal ini tergambar dari peran orang tua dalam pendidikan sang anak, orang tua lebih besikap realistis terhadap kemampuan sang anak, apabila sang anak mendapatkan nilai dibawah KKM secara terus menerus, orang tua memberikan keputusan sepenuhnya kepada sang anak untuk memilih terus belajar ataupun tidak, orang tua tidak berharap sang anak melakukan sesuatu melibihi batas kemampuannya, sehingga sedikit banyak ada yang tidak ingin melanjutkan untuk sekolah karena selain faktor ekonomi juga karena faktor kemampuan dan akhirnya rata-rata lebih memilih bekerja dibandingkan dengan sekolah. Selain itu bentuk demokrasi lainnya orang tua memberikan kesempatan kepada sang anak untuk mengemukakan pendapat, perasaan, serta keinginannya sehingga sang anak tidak merasa terkekang. Namun lebih banyak buruknya dibanding baiknya, akan dipandang baik apabila keinginan sang anak berada di jalur yang baik tapi akan dipandang buruk apabila keinginan sang anak berada di jalur yang salah, seperti anak perempuannya berduaan dengan seorang laki-laki sedang bercumbu mesra di tempat yang gelap, sang anak bermain seharian dari pagi hingga malam dan lain-lain.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga

Secara garis besar hasil wawancara dengan keluarga bapak zaenal muttaqin mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga pada umumnya di Desa Kriyan Barat, Rw. 17 maka telah penulis analisis bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga pada umumnya adalah sebagai berikut.
1.      Faktor intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam yang dapat mempengaruhi orang tua dalam pola asuh mendidik anak.
a.    hereditas atau keturunan
Hereditas atau keturunan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Secara hakikatnya dalam suatu keluarga sepasang suami istri akan berusaha melahirkan anak dengan tujuan untuk melanjutkan keturunan dan  anak tersebut dapat mewarisi apa yang dimiliki orangtua-nya : harta, jabatan, dan segala bentuk kebudayaan. Hereditas di sini dipandang sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu, Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat strukturnya (watak) bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman.
Sebagai contoh apabila orang tua berasal dari keturunan cendikiawan maka watak anak-anaknya pun tidak jauh wataknya dengan keturunannya seperti wataknya pintar, berwibawa, kutu buku dll. Sedangkan apabila keturunannya berasal dari keturunan saudagar maka watak anak-anaknya pun akan tidak jauh dengan keturunannya pula, seperti wataknya perhitungan, pekerja keras dll.
b.    Usia orang tua
Orang tua yang usianya lebih muda cenderung lebih demokratis dibandingkan dengan orang tua yang lebih tua. Semakin kecil perbedaan usia orang tua dengan anak, maka semakin kecil pula perbedaan budaya dalam kehidupan mereka sehingga akan membuat orang tua lebih memahami tentang anaknya.
c.    Jenis kelamin orang tua
Apabila orang tua perempuan (ibu) pada umumhya lebih mengerti tentang anaknya, sedangkan laki-laki (ayah) pada umumnya lebih memberikan segala yang berkaitan dengan materi atau memenuhi segala kebutuhan anaknya.
d.   Usia anak
Apabila anak masih dalam usia anak-anak orang tua lebih memberikan pola asuh otoriter dan permesif, sedangkan apabila anak-anak sudah dalam usia remaja maka orang tua akan lebih memberikan pola asuh demokrasi dan situasional.
e.    Jenis kelamin anak
Apabila orang tua yang memiliki anak perempuan, pada umumnya orang tua lebih mendidik dan mengasuh secara ketat, tidak sama dengan mengasuh anak laki-laki.



2.      Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi orang tua dalam pola asuh mendidik anak.
a.    Budaya
Orang tua cenderung mempertahankan konsep tradisionalnya tentang konsep mendidik anak. Bila orangtua merasa bahwa orangtua mereka berhasil mendidik mereka dangan baik, mereka akan menggunakan teknik yang serupa dalam menddidik anaknya. Jika mereka merasa teknik yang digunakan orang tua mereka salah, maka umumnya mereka akan beralih kepada teknik yang lain. Tidak hanya itu sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.
b. Pengetahuan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah cenderung lebih sembrono dalam mendidik anak, dibandingkan dengan orang tua yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang pengetahuan pola asuh anak, maka semakin tinggi pula cara orang tua memahami tentang anaknya. Maka buah hasilnya akan berpengaruh juga terhadap perkembangan kepribadian dan perilaku sang anak
c.    Status sosial ekonomi
Orang tua dengan latar belakang sosial ekonomi yang sangat rendah atau bisa dikatakan sosial ekonomi kelas menengah ke bawah, orang tua cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran kepada sang anak apabila dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.
d.   Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan pembentukan kepribadian perilaku sosial budaya anak. Lingkungan yang cukup baik dengan sosial dan budaya yang baik pula akan memungkinkan tercapainya pembentukan kepribadian yang baik pula, sedangkan lingkungan, sosial dan budaya yang kurang baik maka yang  terjadi akan menghambatnya perkembangan pembentukan kepribadian dan perilaku sang anak.

C.    Hubungan pola asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak

Hubungan keluarga sangat erat kaitannya dengan pembentukan perilaku sosial budaya pada anak, karena keluarga adalah kelompok sosial pertama yang dikenal oleh sang anak dan sebagai tempat utama belajar menjadi manusia sosial. Di dalam keluarga, sang anak pertama-tama dikenalkan budaya-budaya atau tradisi-tradisi keluarganya, memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
Interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya dalam keluarganya karena beberapa sebab tidak lancar dan tidak wajar, maka kemungkinan besar interaksi sosialnya dalam mayarakatnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.






BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan

Bahwa masyarakat Desa Kriyan Barat pada umumnya dalam mengasuh dan mendidik anak lebih banyak menggunakan pola asuh situasional, alasannya karena para orang tua terkadang menggunakan pola asuh otoriter kepada sang anak, bahkan terakadang menggunakan pola asuh permisif dan terkadang pula menggunakan pola asuh demokrasi.
faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga pada umumnya di Desa Kriyan Barat, Rw. 17 adalah faktor intern (hereditas atau keturunan, usia orang tua, jenis kelamin orang tua, usia anak, dan jenis kelamin anak,) dan faktor ekstern (budaya, pengetahuan orang tua, status sosial ekonomi, dan lingkungan)
hubungan pola asuh keluarga sangat penting sekali dalam pembentukan perilaku sosial budaya anak, Interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya dalam keluarganya karena beberapa sebab tidak lancar dan tidak wajar, maka kemungkinan besar interaksi sosialnya dalam mayarakatnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.

B.     Saran-saran

Penulis menyarankan ada beberapa syarat pola asuh yang efektif agar kepribadian dan perilaku sosial budaya sang anak menjadi baik. Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang.


Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :
a.    pola asuh harus dinamis.
Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh,  penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan bahasa yang mudah dimengerti.

b.    Pola asuh harus sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak  yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.

c.    Ayah dan ibu harus kompak.
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak.

d.   Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua.
Penerapan pola asuh juga  membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.

a.    Komunikasi efektif
Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak.  Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah.

b.    Disiplin
Penerapan disiplin juga  menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal  harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.

c.    Orang tua yang konsisten
Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua  juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan perbuatan

Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas pribadi yang bagus, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak. tak lupa kenalkan pula pada anak segala tentang kebudayaan yang berada di daerah sekitarnya.




DAFTAR PUSTAKA


Ras eko. 2013. Pengertian pola asuh orang tua. (online), (http://www.ras-eko.com. Diakses 13 Desember 2013)
Bunda ananda. 2012. Macam-macam pola asuh yang mempengaruhi.(online),          ( http://www. bunda-ananda.com. Diakses 13 Desember 2013)
P Heru Eko. 2013. Sosiologi kelas XII. Putra Kertonatan : Diponegoro, Solo
Wahyu Hermawan Acep. Peran keluarga dalm mendidik anak dari usia dini hingga dewasa. (online), (http://acepwahyuhermawan79.blog.com. diakses 13 Desember 2013)
Ulhikam. 2013. Peran keluarga dalam mendidik anak. (online), (http:// ulhikam.blogspot.com. diakses 13 Desember 2013)
Gerungan W A. 2000. Psikologi sosial. Cet 11. PT Refika Aditama : Bandung
Uqpaud. 2010. Macam-macam pola asuh orang tua. (online), (http:// uqpaud.blogspot.com. diakses 13 Desember 2013)


0 komentar:

Posting Komentar