BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang
bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Banyak ahli mengatakan
bahwa pengasuhan anak adalah hal yang terpenting menyiapkan anak untuk menjadi
masyarakat yang baik dan untuk menjadikan dirinya dapat diterima di masyarakat.
Secara kasat mata pengasuhan anak menunjuk kepada
pendidikan umum yang diterapkan. Namun pada intinya bukan hanya kepada
pendidikan umum saja tetapi mencukupi kebutuhan makan, melindunginya,
memotivasi setiap keberhasilan dan mengajarkan tingkah laku yang baik yang
dapat memungkinkan dirinya diterima oleh masyarakat. Pendampingan orang tua
diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya. Cara
orang tua mendidik anak nya itulah yang disebut sebagai pola pengasuhan.
Setiap orang tua pasti memiliki pola pengasuhan yang
berbeda-beda, dari lapisan masyarakat teratas hingga lapisan masyarakat menengah
dan ke bawah.
Di samping itu pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh anak pun berbeda-beda, bahkan terkadang kemauan orang tuanya harus dilakukan dan dipatuhi oleh sang anak. hal tersebut akan dipandang baik apabila kemauan orang tuanya mendidik, mengasuh dan mengarahkan anaknya kepada jalan yang baik, namun di sini lah yang menjadi inti permasalahannya bagaimana apabila orang tua salah dalam menagasuh dan mendidik anak-anak nya. Apabila kita melihat jauh kehidupan para pengemis, di sana kita akan menemukan betapa malangnya anak-anak kecil yang dipaksa, diajak dan diajarkan untuk mengemis oleh orang tuanya. Yang seharusnya anak-anak itu dididik secara baik dan tepat oleh orang tuanya. Atas dasar latar belakang tersebut penulis mencoba menyusun makalah ini dengan judul “POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL BUDAYA”
Di samping itu pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh anak pun berbeda-beda, bahkan terkadang kemauan orang tuanya harus dilakukan dan dipatuhi oleh sang anak. hal tersebut akan dipandang baik apabila kemauan orang tuanya mendidik, mengasuh dan mengarahkan anaknya kepada jalan yang baik, namun di sini lah yang menjadi inti permasalahannya bagaimana apabila orang tua salah dalam menagasuh dan mendidik anak-anak nya. Apabila kita melihat jauh kehidupan para pengemis, di sana kita akan menemukan betapa malangnya anak-anak kecil yang dipaksa, diajak dan diajarkan untuk mengemis oleh orang tuanya. Yang seharusnya anak-anak itu dididik secara baik dan tepat oleh orang tuanya. Atas dasar latar belakang tersebut penulis mencoba menyusun makalah ini dengan judul “POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL BUDAYA”
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah.
1.
Bagaimana umumnya pola asuh keluarga di
Desa Kriyan Barat, Rw. 17 ?
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pola
asuh keluarga ?
3.
Bagaimana hubungan pola asuh keluarga
pada perilaku sosial budaya anak?
C.
Identifikasi
Masalah
Adapun
identifikasi masalah dalam makalah ini adalah.
Masalah
|
Sub Masalah
|
Responden
|
1.
Pola asuh keluarga pada umunya.
|
· Pendidikan
orang tua
· Lingkungan orang
tua
· Budaya orang
tua
|
Bapak Rw. 17 Desa Kriyan Barat, bapak
aming sugandi
|
2.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga
|
· Hereditas
· Lingkungan
|
Keluarga Bapak Zaenal Muttakin
|
3.
Hubungan pola asuh keluarga pada perilaku sosial
budaya anak.
|
· Hubungan pola
asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak
|
BAB
II
TEORI
TENTANG POLA ASUH KELUARGA PADA ANAK USIA DINI DALAM MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL
BUDAYA
A. Pengertian Pola Asuh
Pola
asuh adalah tata sikap atau perilaku yang digunakan orang tua untuk mendidik
atau merawat anaknya. Pengertian pola asuh menurut para ahli sebagai berikut,
1. Menurut Hurlock, pola asuh orang tua
adalah interaksi aturan, norma, tata nilai yang berlaku pada masyarakat dalam mendidik
dan merawat anak-anaknya.
2. Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya merupakan parental
control. Hal senada juga dikemukakan oleh Kohn yang menyatakan bahwa pola
asuh merupakan cara orangtua berinteraksi dengan anaknya, meliputi; pemberian
aturan, hadiah, hukuman dan pemberian perhatian, serta tanggapan terhadap
perilaku anak.
3. Menurut Haditono, peranan dan bantuan orangtua kepada
anak akan dapat tercermin dalam pola asuh yang diberikan kepada anaknya.
B. Macam-Macam Pola Asuh pada Anak
Ada empat macam pola asuh pada anak diantaranya adalah,
1.
Pola asuh otoriter
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh otoriter yaitu Orang tua cenderung menetapkan aturan-aturan yang mutlak harus dituruti biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman atau hukuman, cenderung memaksa, memerintah dan menghukum apabila sang anak
tidak mau melakukan apa yang di inginkan oleh orang tua. orang tua tidak mengenal kompromi, dalam berkomunikasi biasanya bersifat
satu arah, orang tua beranggapan agar aturan itu
stabil dan tidak
berubah maka orang tua seringkali tidak menyukai tindakan anak yang memprotes,
mengkritik atau membantahnya, dan tidak adanya kesempatan bagi anak mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatif lainnya.
2.
Pola asuh permisif
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh permisif yaitu Pola asuh ini memberikan kesempatan
pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali
disukai oleh anak. Orang tua permisif menggunakan kontrol yang rendah
disertai kehangatan yang tinggi. Orang tua menerapkan disiplin yang tidak
konsisten dan jarang menghukum anak karena kebanyakan perilaku anak bisa
diterima oleh orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimingan yang diberikan oleh mereka.
3.
Pola asuh demokratis
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh demokratis yaitu
memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan
mereka. Orang tua tipe ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Tidak hanya itu orang tua
dengan tipe ini memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
sesuatu. Orang tua memberikan penjelasan mengenai tuntutan dan disiplin yang
ditetapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten, tetapi tetap menggunakan wewenangnya
atau memberikan hukuman jika dianggap perlu. Orang tua bersikap peka terhadap
kebutuhan anak. Intiya pola asuh demokratis lebih menggabungkan antara pola
asuh otoriter dengan pola asuh permisif untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap,
dan tindakan antara orang tua dan anak. Baik orang tua maupun anak punya
kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan, ide, atau pendapat. Hasilnya
anak menjadi mandiri, matang dan menghargai diri sendiri dengan baik.
4.
Pola asuh situasional
Ciri-ciri orang tua dengan pola asuh situasional yaitu
campuran dari ke-3 macam pola asuh diatas. Dimana kadang-kadang orang tua
bersikap otoriter, tapi kadang juga bersifat permisif, namun kadang juga
berupaya menerapkan demokrasi di rumah dengan cara mendengarkan ide atau gagasan
sang anak dalam membuat keputusan.
C.
Fungsi Keluarga dalam Mendidik Anak Usia Dini
Keluarga adalah
sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan,
terdiri atas ayah, ibu dan anak. keluarga tersebut sering disebut dengan
keluarga inti atau keluarga batih (nuclear
family). Dalam masyarakat dikenal keluarga dalam arti lebih luas yaitu
keluarga sedarah (consanguine family)
dan keluarga luas (extended family).
Fungsi
keluarga dalam mendidik anak usia dini diantaranya adalah
1.
Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan media utama dalam penanaman nilai dan
norma pada anak dalam masyarakat. Sebelum anak terjun ke dalam masyarakat anak
mempersiapkan diri lewat keluarga. Keluarga sangat berperan penting dalam
membentuk sikap, nilai, dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
2.
Fungsi reproduksi
Fungsi keluarga salah satunya adalah fungsi reproduksi.
Keluarga dibentuk untuk menghasilkan keturunan yang dapat melanjutkan budaya
dan tradisi juga identitas keluarga tersebut.
3.
Fungsi afeksi
Fungsi afeksi merupakan fungsi adanya kasih sayang.
Keluarga pun akan tetap menjadi sarana utama bagi anggotanya untuk mendapatkan
kasih sayang. Fungsi afeksi ini sangat berpengaruh dan turut membentuk
kepribadian sang anak. Apabila keluarga tidak dapat memberikan kasih sayang
maka yang terjadi sang anak akan sangat mudah terperosok ke dalam pergaulan
bebas.
4.
Fungsi ekonomi
Fungsi keluarga sebagai fungsi ekonomi adalah bahwa
keluarga berperan pula untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi anggotanya dalam
mempertahankan hidup.
5.
Fungsi pengawasan
sosial
Bahwa keluarga khususnya orang tua memiliki kewajiban
untuk menjadi pengawas bagi anggota keluarga yang lain guna menjaga nama baik
keluarga.
6.
Fungsi pemberian
status
Setiap anggota keluarga akan memiliki status
masing-masing. Hal ini akan dialami sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu
dari muda-remaja-dewasa.
Selain
fungsi-fungsi yang da di atas, Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian
dan mendidik anak di rumah adalah.
1. Sebagai pengalaman pertama masa
kanak-kanak
2. Menjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
anak
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakan dasar-dasar pendidikan
agama
6. Bertanggung jawab dalam memotivasi
dan mendorong keberhasilan anak
7. Memberikan kesempatan belajar dengan
mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang
mandiri.
8. Menjaga kesehatan anak sehingga ia
dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
9. Memberikan kebahagiaan dunia dan
akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt,
sebagai tujuan akhir manusia.
D.
Karakter Orang tua Berdasarkan Macam-macam Pola Asuh
1. Helikopter
Orang tua
ini brsikap overprotective pada anak. mereka ingin masuk dalam semua bagian
kehidupan si anak, termasuk urusan pribadi dan akademik. Orang tua berfikir
bahwa sang anak tidak akan bisa apa-apa tanpa campur tangan orang tua, segala
yang mengatur adalah orang tua dari kanak-kanak, remaja bahkan hingga dewasa.
Sayangnya
banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa perbuatan mereka itu membuat sang
anak terlalu dan selalu ketergantungan kepada orang tua, sang anak terkesan
manja dan tidak mandiri terhadap masalah yang dihadapinya. Namun apabila sang
anak telah melawati masa kanak-kanaknya sedangkan orang tua masih bersikap
overprotective maka hal tersebut akan membuat sang anak merasa malu bahkan bisa
terjadi depresi, karena orang tuanya terlalu ikut campur dalam hidupnya.
2. Harimau
Mendengar
kata harimau, terkesan terdapat bayangan liar dan kasar. Tetapi Amy Chua,
Profesor dari Harvard University, mengungkapkan ketika merujuk pada kalimat
“Tiger Mom”, ini berarti orang tua yang mengasuh anaknya dengan disiplin yang
tinggi, aturan-aturan yang ketat.
3. Dinosaurus
Dinosaurus
merupakan hewan yang hidup berada di zaman purba. Tipe orang tua seperti ini
melambangkan pola pengasuhan yang ketinggalan zaman alias kolot. Menghadapi
orang tua seperti ini sangat sulit bagi anak-anak karena tidak bisa diajak
bernegosiasi. Orang tua “dinosaurus” sangat sulit mengikuti perkembangan zaman,
dan juga kurang akrab dengan teknologi.
4. srigala
Tipe orang
tua ini sulit percaya pada anak. Mereka bukanlah orang yang mudah untuk ditipu,
dan bukan orang yang mudah menerima alasan ketika tahu anaknya berbohong. Ketika
anak berjanji akan pulang sebelum pukul 22.00, dan setelah lewat jam malam si
anak belum juga pulang, orang tua akan menelepon dan menuntut anaknya untuk
segera pulang. Ketika si anak beralasan tentang jam pulangnya yang ngaret,
orang tuanya tidak akan percaya begitu saja, dan cenderung untuk tidak peduli
apapun alasan anaknya.
5. anjing
mendengar
kata Anjing, menginatkan kita kepada sifatnya yang gemar menyalak,
menggong-gong. Sama seperti sifat anjing yang gemar menyalak, orang tua dengan
tipe ini sangat suka mengomentari segala hal di sekitarnya. Ia membuat komentar
menyebalkan tentang selebriti remaja, mengomentari penampilan temannya sendiri,
atau bahkan guru anak di sekolah. Ini memang tidak berbahaya, tapi cukup
memalukan bagi anak.
6. vampir
vampir
adalah sejenis makhluk penghisap darah, namun tipe orang tua vampir ini suka
mengekang anaknya. Mereka "mengisap" kesenangan anak dan
teman-temannya untuk beraktivitas di luar rumah. Sebenarnya tak salah jika
orang tua ingin makan, liburan, atau sekadar nonton TV bersama di rumah. Tetapi
bukan berarti tidak memberi kesempatan anak bersenang-senang dengan orang lain.
7. Cyborg
Orangtua
cyborg selalu menggunakan alat-alat elektronik seperti ponsel, tablet, laptop,
di pinggang atau di telinganya. Mereka kadang lebih sibuk dengan peralatan
elektroniknya ketimbang mengurus anak-anaknya. Kebalikan dengan tipe
dinosaurus, orang tua cyborg justru sangat mengandalkan perangkat elektroniknya
untuk mengasuh anak. Misalnya, agar tidak mengganggu pekerjaan mereka, si kecil
diberi gadget untuk bermain.
8. Bulan
Orang tua
seperti ini mempunyai pola asuh yang normal. Mereka sangat mencintai,
mendukung, dan ramah pada anak-anaknya. Hanya saja mereka tidak tahu apa-apa
tentang perkembangan dunia saat ini, terutama dunia hiburan dan teknologi.
Padahal, remaja saat ini pasti berharap orang tuanya juga mengetahui hal ini.
Sayang, kenyataannya tidak begitu.
9. Volcano
Pendiam
adalah kata yang cocok untuk menggambarkan sosok orang tua yang seperti ini.
Selama bertahun-tahun mereka diam dan membebaskan anak untuk melakukan apa yang
diinginkan. Namun, suatu saat ketika anak melakukan kesalahan yang sama dan
sulit dimaafkan, maka kemarahannya akan meledak. Ini berbeda dengan orang tua
serigala, karena orang tua volcano hanya meledak sekali seumur hidup jika si
anak sudah keterlaluan, dan bukan setiap hari.
10. mary poppins
Dalam
segala hal, Mary Poppins adalah sosok orang tua yang sempurna. Dia
menyenangkan, membantu mengatasi masalah, dan tidak mudah marah. Sekilas sangat
sempurna sebagai orang tua. Namun buruknya, ternyata ia suka memata-matai. Orangtua
bertipe ini seperti punya kepribadian ganda. Di depan si anak, mereka akan
bersikap sangat manis, namun di belakang anak mereka memata-matai setiap
gerak-gerik anak, dan mencari tahu latar belakang teman anaknya sedetail
mungkin.
11. Zombie
Seperti
zombie, orang tua tipe ini lebih sering berkomunikasi melalui bahasa tubuh,
gerakan tangan, atau dengusan. Terkesan acuh tak acuh, tapi tidak bisa dilawan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Umumnya pola asuh
keluarga di Desa Kriyan Barat, Rw. 17
Setelah di adakan
analisis atas hasil wawancara dari seorang ketua Rw. 17 Desa Kriyan Barat,
bapak Aming Suganda, untuk permasalahan sosial ini maka pola asuh yang pada
umumnya digunakan oleh masyarakat sekitar adalah jenis pola asuh situasional, alasannya
karena para orang tua terkadang menggunakan pola asuh otoriter kepada sang
anak, bahkan terakadang menggunakan pola asuh permisif dan terkadang pula
menggunakan pola asuh demokrasi.
Orang tua terkadang
bersikap otoriter tergambar adanya pemaksaan dari orang tua kepada sang anak
untuk turut pula mencari uang untuk kehidupannya dan membantu keluarganya.
Namun terkadang orang tua bersikap begitu permisif hal ini tergambar pada sikap
orang tua yang memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya, mereka juga kurang begitu memperhatikan, menegur
atau memperingatkan ketika sang anak melanggar nilai-nilai dan norma, mereka
juga memanjakan anaknya dari uang hasil bekerjanya seperti anak laki-lakinya yang
masih tergolong usia remaja membeli minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan
terlarang, orang tua tidak begitu mempedulikan apa yang sang anak lakukan, yang
orang tua pikirkan apabila hal tersebut nyaman dan sang anak merasa senang kenapa
harus dilarang, dan orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten dan
jarang menghukum sang anak karena kebanyakan perilaku sang anak dapat diterima
oleh orang tua. Tidak hanya itu terkadang orang tua pun menerapakan pola asuh demokrasi,
hal ini tergambar dari peran orang tua dalam pendidikan sang anak, orang tua
lebih besikap realistis terhadap kemampuan sang anak, apabila sang anak
mendapatkan nilai dibawah KKM secara terus menerus, orang tua memberikan
keputusan sepenuhnya kepada sang anak untuk memilih terus belajar ataupun
tidak, orang tua tidak
berharap sang anak melakukan sesuatu melibihi batas kemampuannya, sehingga
sedikit banyak ada yang tidak ingin melanjutkan untuk sekolah karena selain
faktor ekonomi juga karena faktor kemampuan dan akhirnya rata-rata lebih
memilih bekerja dibandingkan dengan sekolah. Selain
itu bentuk demokrasi lainnya orang tua memberikan kesempatan kepada sang anak
untuk mengemukakan pendapat, perasaan, serta keinginannya sehingga sang anak
tidak merasa terkekang. Namun lebih banyak buruknya dibanding baiknya, akan
dipandang baik apabila keinginan sang anak berada di jalur yang baik tapi akan
dipandang buruk apabila keinginan sang anak berada di jalur yang salah, seperti anak perempuannya berduaan dengan seorang
laki-laki sedang bercumbu mesra di tempat yang gelap, sang anak bermain seharian
dari pagi hingga malam dan lain-lain.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh keluarga
Secara garis besar
hasil wawancara dengan keluarga bapak zaenal muttaqin mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pola asuh keluarga pada umumnya di Desa Kriyan Barat, Rw. 17
maka telah penulis analisis bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
keluarga pada umumnya adalah sebagai berikut.
1.
Faktor intern
Faktor intern
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam yang dapat mempengaruhi orang tua
dalam pola asuh mendidik anak.
a.
hereditas atau
keturunan
Hereditas
atau keturunan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Secara hakikatnya dalam suatu keluarga
sepasang suami istri akan berusaha melahirkan anak dengan tujuan untuk
melanjutkan keturunan dan anak tersebut
dapat mewarisi apa yang dimiliki orangtua-nya : harta, jabatan, dan segala
bentuk kebudayaan. Hereditas di sini
dipandang sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi
baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu, Adapun
yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat strukturnya (watak) bukan tingkah laku yang diperoleh
sebagai hasil belajar atau pengalaman.
Sebagai contoh apabila orang tua berasal dari keturunan
cendikiawan maka watak anak-anaknya pun tidak jauh wataknya dengan keturunannya
seperti wataknya pintar, berwibawa, kutu buku dll. Sedangkan apabila keturunannya
berasal dari keturunan saudagar maka watak anak-anaknya pun akan tidak jauh
dengan keturunannya pula, seperti wataknya perhitungan, pekerja keras dll.
b.
Usia orang tua
Orang tua yang usianya lebih muda cenderung lebih
demokratis dibandingkan dengan orang tua yang lebih tua. Semakin kecil
perbedaan usia orang tua dengan anak, maka semakin kecil pula perbedaan budaya
dalam kehidupan mereka sehingga akan membuat orang tua lebih memahami tentang
anaknya.
c.
Jenis kelamin orang tua
Apabila orang tua perempuan (ibu) pada umumhya lebih
mengerti tentang anaknya, sedangkan laki-laki (ayah) pada umumnya lebih
memberikan segala yang berkaitan dengan materi atau memenuhi segala kebutuhan
anaknya.
d.
Usia anak
Apabila anak masih dalam usia anak-anak orang tua lebih
memberikan pola asuh otoriter dan permesif, sedangkan apabila anak-anak sudah dalam
usia remaja maka orang tua akan lebih memberikan pola asuh demokrasi dan
situasional.
e.
Jenis kelamin anak
Apabila orang tua yang memiliki anak perempuan, pada
umumnya orang tua lebih mendidik dan mengasuh secara ketat, tidak sama dengan
mengasuh anak laki-laki.
2.
Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari
luar yang dapat mempengaruhi orang tua dalam pola asuh mendidik anak.
a.
Budaya
Orang tua cenderung mempertahankan konsep tradisionalnya
tentang konsep mendidik anak. Bila orangtua merasa bahwa orangtua mereka
berhasil mendidik mereka dangan baik, mereka akan menggunakan teknik yang
serupa dalam menddidik anaknya. Jika mereka merasa teknik yang digunakan orang
tua mereka salah, maka umumnya mereka akan beralih kepada teknik yang lain. Tidak
hanya itu sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat
dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh
anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah
kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat
dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam
mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya.
b. Pengetahuan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
rendah cenderung lebih sembrono dalam mendidik anak, dibandingkan dengan orang
tua yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan orang tua tentang pengetahuan pola asuh anak, maka semakin tinggi
pula cara orang tua memahami tentang anaknya. Maka buah hasilnya akan berpengaruh
juga terhadap perkembangan kepribadian dan perilaku sang anak
c.
Status sosial ekonomi
Orang tua dengan latar belakang
sosial ekonomi yang sangat rendah atau bisa dikatakan sosial ekonomi kelas
menengah ke bawah, orang tua cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran
kepada sang anak apabila dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas, tetapi
mereka lebih konsisten.
d. Lingkungan
Lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan pembentukan kepribadian perilaku sosial
budaya anak. Lingkungan yang cukup baik dengan sosial dan budaya yang baik pula
akan memungkinkan tercapainya pembentukan kepribadian yang baik pula, sedangkan
lingkungan, sosial dan budaya yang kurang baik maka yang terjadi akan menghambatnya perkembangan
pembentukan kepribadian dan perilaku sang anak.
C.
Hubungan
pola asuh keluarga pada perilaku sosial budaya anak
Hubungan keluarga
sangat erat kaitannya dengan pembentukan perilaku sosial budaya pada anak,
karena keluarga adalah kelompok sosial pertama yang dikenal oleh sang anak dan
sebagai tempat utama belajar menjadi manusia sosial. Di dalam keluarga, sang
anak pertama-tama dikenalkan budaya-budaya atau tradisi-tradisi keluarganya,
memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu
membantu dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai
makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam
pergaulannya dengan orang lain.
Interaksi sosial
dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang
lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada
umumnya. Apabila interaksi sosialnya dalam keluarganya karena beberapa sebab
tidak lancar dan tidak wajar, maka kemungkinan besar interaksi sosialnya dalam
mayarakatnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Bahwa masyarakat
Desa Kriyan Barat pada umumnya dalam mengasuh dan mendidik anak lebih banyak menggunakan
pola asuh situasional, alasannya karena para orang tua terkadang menggunakan
pola asuh otoriter kepada sang anak, bahkan terakadang menggunakan pola asuh
permisif dan terkadang pula menggunakan pola asuh demokrasi.
faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh keluarga pada umumnya di Desa Kriyan Barat, Rw. 17
adalah faktor intern (hereditas atau keturunan, usia orang tua, jenis kelamin
orang tua, usia anak, dan jenis kelamin anak,) dan faktor ekstern (budaya,
pengetahuan orang tua, status sosial ekonomi, dan lingkungan)
hubungan pola asuh
keluarga sangat penting sekali dalam pembentukan perilaku sosial budaya anak,
Interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya
terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam
masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya dalam keluarganya karena
beberapa sebab tidak lancar dan tidak wajar, maka kemungkinan besar interaksi
sosialnya dalam mayarakatnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.
B.
Saran-saran
Penulis
menyarankan ada beberapa syarat pola asuh yang efektif agar kepribadian dan perilaku
sosial budaya sang anak menjadi baik. Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat
dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat
paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang.
Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif :
a. pola asuh harus dinamis.
Pola asuh
harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai
contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola
asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih
sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan
bahasa yang mudah dimengerti.
b. Pola asuh harus sesuia dengan
kebutuhan dan kemampuan anak.
Ini perlu
dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda. Shanti
memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat
seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak
seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu
diarahkan dan difasilitasi.
c. Ayah dan ibu harus kompak.
Ayah
dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang
tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak.
d. Pola asuh mesti disertai perilaku
positif dari orang tua.
Penerapan
pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga
bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan
dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
a. Komunikasi efektif
Syarat
untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk
berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan
meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan
saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih
terarah.
b. Disiplin
Penerapan
disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan
sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu
diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif
mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan / kondisi anak.
c. Orang tua yang konsisten
Orang tua
juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air
dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya
boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu,
sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan
perbuatan
Untuk
dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki
kualitas pribadi yang bagus, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan
harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai
orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola
pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan
ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu
bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak. tak lupa
kenalkan pula pada anak segala tentang kebudayaan yang berada di daerah
sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ras eko. 2013. Pengertian pola asuh orang tua.
(online), (http://www.ras-eko.com. Diakses 13 Desember 2013)
Bunda ananda. 2012.
Macam-macam pola asuh yang mempengaruhi.(online),
( http://www. bunda-ananda.com.
Diakses 13 Desember 2013)
P Heru Eko. 2013. Sosiologi kelas XII. Putra Kertonatan :
Diponegoro, Solo
Wahyu Hermawan
Acep. Peran keluarga dalm mendidik anak
dari usia dini hingga dewasa. (online), (http://acepwahyuhermawan79.blog.com.
diakses 13 Desember 2013)
Ulhikam. 2013. Peran keluarga dalam mendidik anak.
(online), (http:// ulhikam.blogspot.com. diakses 13 Desember 2013)
Gerungan W A. 2000.
Psikologi sosial. Cet 11. PT Refika
Aditama : Bandung
Uqpaud. 2010. Macam-macam pola asuh orang tua.
(online), (http:// uqpaud.blogspot.com. diakses 13 Desember 2013)
0 komentar:
Posting Komentar